kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tambak Rakyat Mulai Menggeliat


Rabu, 09 Juni 2010 / 09:12 WIB
Tambak Rakyat Mulai Menggeliat


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Ekspor udang nasional belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Data Scrimp Club Indonesia (SCI) memperlihatkan, sepanjang kuartal I-2010 lalu, nilai ekspor udang hanya mencapai US$ 204 juta, turun 9,3% dibandingkan dengan nilai ekspor periode sama tahun lalu sebesar US$ 225 juta.

Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Saud P. Hutagalung menuturkan, penurunan ekspor terjadi lantaran produksi udang dari produsen terbesar di Indonesia, PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) masih terganggu.

Untungnya, penurunan ekspor udang sedikit tertahan oleh produksi tambak rakyat di wilayah Utara Jawa, Jawa Timur dan anggota SCI. "Ekspor terbantu tambak rakyat yang sudah mulai bangkit,” kata Saud kepada KONTAN, Selasa (8/6). Namun, penurunan ekspor udang tetap terjadi mengingat produksi tambak rakyat masih sangat terbatas.

Ketua umum SCI Iwan Sutanto menambahkan, tambak rakyat hanya menyumbang 30% dari total produksi udang nasional. Adapun anggota SCI menggenggam 40% komposisi produksi udang. Sementara CP Prima menguasai 30% sisanya. Alhasil, produksi udang perusahaan milik keluarga Jiaravanon itu punya posisi signifikan dalam menentukan nilai ekspor udang nasional.

Sejauh ini, produksi udang CP Prima memang belum normal. Selain sempat di serang virus medio 2009 silam, perusahaan ini juga masih memiliki masalah dengan para petambak yang menggarap tambak eks PT Dipasena Citra Darmaja di Lampung. Situasi ini membuat produksi udang mereka tertatih.

Pertumbuhan tambak rakyat memang tak lepas dari membaiknya harga udang di pasar. Ambil contoh, udang ukuran 50 di jual seharga Rp 41.000 per kilogram (kg). Sedangkan ukuran 60 dan 70 masing-masing dihargai Rp 37.000 dan Rp 34.000 per kg. “Harga ini sudah membuat petambak tersenyum meskipun belum tertawa,” kata Iwan berseloroh.

Namun, pemerintah tetap saja khawatir dengan kondisi ekspor udang ke depan. Maklum, produsen undang yang besar sebenarnya sudah kehilangan masa terbaik untuk melakukan ekspor tahun ini.

Saud bilang, momen terbaik mengekspor udang justru ada pada periode Januari-Maret. Sebab, sejumlah negara tengah dilanda musim dingin. Sementara produsen udang dari negara-negara lainnya baru bisa panen pada April dan Mei. Alhasil, semestinya pada kuartal pertama, kebutuhan udang dunia bisa di pasok dari Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×