Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah gejolak ekonomi global dan geopolitik, emas tetap mempertahankan eksistensinya sebagai komoditas safe haven. Ini terbukti dari terus meningkatnya permintaan emas secara global dan nasional.
Menurut data dari World Gold Council (WGC) permintaan emas global, termasuk perdagangan bebas (OTC), naik 3% year-on-year menjadi 1.248,8 metrik ton pada kuartal kedua 2025 seiring lonjakan investasi sebesar 78%.
Penguatan harga ini berlanjut memasuki kuartal ketiga 2025, pada akhir perdagangan Jumat (12/9/2025), harga emas berjangka berada pada level US$ 3.686,4 per ons troi.
Di dalam negeri, investasi emas termasuk emas digital juga mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2024, transaksi emas fisik dan digital mencapai 43,9 ton senilai Rp53,3 triliun, sementara transaksi emas batangan juga meningkat pesat hingga 52% dari total permintaan emas nasional.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 2.000 Jadi Rp 2.093.000 per Gram, Senin (15/9)
Dengan meningkatnya permintaan emas, anggota holding pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai produsen emas terbesar di Indonesia mengungkap produksi pertambangan termasuk emas, harus tetap memperhatikan lingkungan-sosial-ekonomi dengan menggagas penerapan tambang yang berkelanjutan atau sustainable mining.
Salah satu langkah nyata, Antam mengungkap target produksi emas hijau atau Green Gold, yang diproduksi menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang, Syarif Faisal Alkadrie menyebut Antam menargetkan sumber energi EBT yang digunakan untuk memproses logam emas perseroan dapat mencapai 93% dari total sumber energi.
"Kami tetap berkomitmen untuk melakukan perbaikan, sehingga di akhirnya nanti kami bisa membanggakan atau bisa mengklaim bahwa emas Antam itu sudah green gold." ungkap Faisal di Jakarta, dikutip Senin (15/9/2025).
Faisal juga menjelaskan, jika dibandingkan dengan kebutuhan energi dalam pemurnian logam lainnya yang dimiliki Antam seperti nikel dan bauksit, emas memiliki kebutuhan sumber energi yang lebih sedikit.
"Meskipun secara proses kebutuhan energinya cukup sedikit dibandingkan smelter ataupun aktivitas penambangan lain. Kami tetap komit," tambahnya.
Sebagai catatan, saat ini Antam memiliki satu tambang emas aktif bernama Pongkor Gold Mine, yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dekat dengan tambangnya, Antam memiliki memiliki pemurnian emas di Pulau Gadung, Jakarta Timur, yang digerakkan melalui fasilitas Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPP LM).
Untuk menjawab kebutuhan emas dalam negeri, Faisal menyebut, Antam akan melakukan ekspansi pabrik pemurnian emas di Gresik, Jawa Timur. Wilayah ini dibidik karena berdekatan dengan fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) yang juga terletak di Gresik.
Asal tahu saja, Antam telah menerapkan konsep kolaborasi dalam pengelolaan tambang emas, tercatat dari terlaksananya perjanjian jual beli emas yang mencakup pembelian hingga 30 ton emas batangan per tahun dengan kemurnian 99,99% bersama dengan PTFI.
"Kami punya tambang emas Pongkor, punya pemurnian logam mulia di Pulau Gadung, dan saat ini kami sedang dikembangkan satu lagi pabrik (pemurnian) di Gresik, precious metal manufaktur," ungkapnya.
Baca Juga: Harga Emas Antam Melonjak: Kenapa Jangka Panjang Lebih Cuan?
"Artinya Antam tidak puas dengan smelter ataupun dengan refinery yang ada di Pulo Gadung, kita ingin berkembang, dan ini yang kita akan bangun di Gresik," tambahnya.
Emas Masih Menjadi Penopang Utama Antam
Dalam catatan Kontan, komoditas emas juga masih menjadi penopang utama dari segi penjualan dan sumbangan terhadap laba.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto S. Rudjito mengatakan pendapatan perseroan periode semester I-2025 mencapai Rp59 triliun, atau peningkatan 155% apabila dibandingkan dengan pendapatan perusahaan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp23,2 triliun.
Pendapatan terbesar atau sebesar 84% dengan nilai Rp49,7 triliun disumbangkan oleh sektor emas. Pada posisi kedua terdapat sektor nikel yang menyumbang sebesar 13% dari sebesar sekitar Rp7,9 triliun. Dan 3% atau senilai Rp 1,5 triliun berasal dari komoditas bauksit.
"Untuk cadangan emas, berasal dari satu tambang emas kami, di Pongkor, yang pada saat memasuki masa hampir pasca tambang, dengan sisa cadangan sekitar 5 ton, dan sumber daya 26 ton," jelas ungkap Arianto, dalam agenda Publik Ekspose beberapa waktu lalu.
Selain produksi dari emas dari tambang, Antam juga akan menggenjot sektor manufaktur dan penjualan emas di sisa tahun ini.
"Kegiatan utama kami di sektor emas adalah manufakturing dan penjualan dari kepingan emas batangan dengan brand antam Logam Mulia. Di mana di paruh pertama ini kami berhasil menjual sebanyak 29,3 ton kepingan emas," jelasnya.
Langkah Antam Mengejar Green Gold Melalui Penerapan Energi Bersih
Dalam perkembangannya, pihak Antam menyebut penerapan pembangkit EBT perlu dilakukan secara bertahap. Diperlukan perhitungan detail agar menemukan titik temu antara kompensasi pembangkit dengan kelangsungan ekonomi Indonesia dengan energi yang ramah lingkungan.
Agar target on track, Antam membidik target sesuai dengan Antam Sustainability Roadmap 2025-2030, dengan target pada 2029-2030 sebagai berikut:
1. Pengurangan emisi sebesar 15,8% dari baseline bussines as usual tahun 2023.
2. Meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 10% dari baseline bussines as usual tahun 2023.
3. Seluruh lahan rehabilitasi yang telah menjalani program minimal 5 tahun memiliki tingkat keberhasilan di atas 75%.
Khusus untuk tambang emas, Antam tercatat telah menerapkan Rekayasa Pompa Filling Plant 1 dengan Eliminasi Satu Unit Pompa 132 KW dan Pengaturan VSD sejak tahun 2022.
"Pada 2022 UBP Emas menerapkan program Efisiensi Listrik di Backfill Plant 1 melalui Redesign Series Stages Pump System untuk mengurangi jumlah penggunaan pompa berdaya 132 kW," jelas Faisal.
Program ini berhasil mengoptimalkan sistem pemipaan tanpa mengurangi efektifitas pembuatan lantai kerja pada tambang bawah tanah.
Baca Juga: Sebulan Profit 9,29%, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 7.000/gram
Selain itu, Antam juga telah melakukan pemanfaatan Tailing Emas atau limbah sisa batuan halus dari proses pengolahan bijih emas.
Tailing emas ini dimanfaatkan sebagai bahan baku batako, paving block, genteng beton, dan lantai kerja tambang bawah tanah.
Produk tailing ini kemudian diberi nama Green Fine Aggregate (GFA) menjadi salah satau pendukung program Corporate Social Responsibility (CSR) dan pengolahan limbah berkelanjutan.
Transformasi juga dilakukan dalam metode produksi utilitas udara bertekanan dari Single Unit menjadi Central Unit (UBPP Logam Mulia).
Dengan mengimplementasikan kompresor ulur dengan sistem kontrol otomatis berbasis variable speed drive, sehingga tekanan udara dalam sistem lebih stabil dan efisien.
"Inovasi ini meningkatkan efisiensi operasional, penurunan emisi total dan penggunaan energi yang lebih efisien sehingga meningkatkan kualitas udara dan kontribusi pada lingkungan yang lebih bersih," tutupnya.
Selanjutnya: Ekonomi China Tertatih, Data Industri dan Konsumsi Gagal Penuhi Proyeksi
Menarik Dibaca: Iron Girls dan 6 Variety Show Korea yang Cocok Ditonton Para Single
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News