Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Maskapai penerbangan PT Citilink Indonesia menargetkan pendapatan dari bisnis kargo tahun ini sebesar US$ 28 juta - US$ 29 juta. Anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk itu akan mengejar target pendapatan dengan memanfaatkan sistem elektronik kargo.
Terbaru, Citilink baru saja menggandeng Bank Internasional Indonesia (BII) untuk memfasilitasi pembayaran jasa kargo secara online. Layanan kargo itu bisa dimanfaatkan oleh agen jasa pengiriman barang antar bandara.
Per Januari ini, manajemen perusahaan ini menyatakan sudah menjalin kemitraan dengan 150 agen di seluruh jaringan rute maskapai Citilink. Targetnya, jumlah agen bisa menjadi 200 agen hingga akhir tahun 2015.
Meski akan getol menggenjot bisnis kargo, Citilink menyadari bisnis ini hanya akan menjadi pendukung. Paling banter, kontribusi bisnis ini terhadap total pendapatan Citilink adalah 8% - 9%. "Untuk low cost carrier (LCC), bisnis kargo tidak bisa menyumbang terlalu besar, Garuda saja yang full service hanya bisa di kisaran 11%-12%," terang Chief Executive Officer Citilink Indonesia Albert Burhan, Rabu (14/1).
Catatan perusahaan ini, tahun lalu, rata-rata angkutan kargo per bulan mencapai 10 juta ton. Dengan rata-rata pengangkutan itu, Citilink mengantongi pendapatan US$ 17 juta - US$18 juta setahun. Nilai ini setara dengan kontribusi 3%-4% terhadap total pendapatan sepanjang 2014.
Jika potret bisnis kargo Citilink tahun ini sesuai target, perusahaan ini berencana memperluas layanan jasa kargo dari pintu ke pintu. Itu berarti, Citilink ingin menyasar pasar ritel secara langsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News