kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,84   8,24   0.83%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target Produksi Gula hanya Bisa Mengandalkan Pabrik


Selasa, 22 Juni 2010 / 17:25 WIB
Target Produksi Gula hanya Bisa Mengandalkan Pabrik


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Peningkatan rendemen untuk memaksimalkan produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan kualitas tebu di lapangan (on farm). Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah peningkatan rendemen melalui pengolahan di pabrik gula.

Akibat hujan yang tidak kunjung berhenti berpotensi menyebabkan buruknya kualitas tebu sehingga kandungan gula yang dihasilkan oleh tebu (pool tebu) sangat minim. Pool tebu sangat tergantung dari varietas tebu dan cuaca.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, peningkatan rendemen saat ini hanya bisa diusahakan melalui efisiensi pabrik gula. “Saat ini efisiensi pabrik gula sangat diperlukan untuk mengejar rendemen, karena kalau hanya mengandalkan hasil tebu di lapangan sangat riskan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (22/6).

Pemerintah memang harus mengejar target produksi tahun ini yang proyeksinya 2,7 juta ton. Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Colosewoko berpendapat hal tersebut memang bisa dilakukan. Rendemen bisa ditingkatkan dengan melakukan memaksimalkan pengolahan gula oleh pabrik atau yang kerap disebut overall recovery (OR).

Dalam penghitungan OR terdapat dua komponen. Komponen pertama adalah efisiensi penggilingan yaitu kemampuan giling pabrik gula untuk menghasilkan kandungan gula dalam tebu. Standarnya, tingkat efisiensi sebesar 95%, artinya pabrik musti menghasilkan 95% gula.

Komponen ke dua adalah boiling house recovery, yaitu proses untuk pembuatan ekstrak gula hasil penggilingan. Ekstrak itulah yang kemudian akan diproses menjadi gula kristal putih secara riil. Dalam proses ini, standarnya sebesar 85%.

Colosewoko menilai, peningkatan rendemen baru bisa dilakukan jika minimal standar bisa terpenuhi. “Kenyataannya, pabrik-pabrik pengolahan yang ada memiliki tingkat efisiensi yang rendah, sehingga kemampuan menghasilkan rendemennya juga rendah, tidak sampai 80%,” ujarnya.

Hal itu disebabkan, banyaknya mesin-mesin tua dan minimnya pengawasan. Mesin-mesin tua mustinya diganti sehingga produksi bisa maksimal. Tapi, permasalahannya bukan itu saja, pengawasan dalam pelaksanaan prosedur standarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×