Reporter: Lili Sunardi | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pengusaha hotel berencana akan menaikan tarif sewa kamar hotel menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kenaikan keduanya dianggap bakal membebani biaya produksi hotel.
Yanti Sukamdani, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan, kenaikan harga dua sumber energi tersebut akan berujung pada kenaikan tarif sewa kamar sejumlah hotel. Pasalnya, BBM dan TDL merupakan komponen yang masuk dalam biaya energi yang memakan 40% dari total biaya produksi hotel.
Saat ini, menurut Yanti, PHRI tengah menghitung kemungkinan berapa kenaikan tarif hotel, khususnya hotel berbintang, jika pemerintah menaikan harga BBM dan TDL tahun ini. Yang pasti, tanpa adanya kenaikan BBM dan TDL, industri hotel sudah mengalami kesulitan dengan tarif rata-rata hotel di Indonesia yang hanya US$ 60 per malam. Bandingkan di Singapura yang sudah mencapai US$ 200 per malam.
Padahal, biaya pembangunan dan biaya produksinya sama antara hotel di Singapura dan Indonesia. "Itu sudah sangat membebani, sehingga pengusaha hotel harus menunggu bertahun-tahun untuk merasakan untung," katanya di Jakarta, Senin (12/3).
Sebelumnya, sejumlah pengurus PHRI di daerah, juga mengungkapkan akan ada kenaikan tarif hotel setelah kenaikan harga BBM dan TDL. Rencananya, pengusaha hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta, Makassar dan Bandung akan menaikkan tarif sewa sekitar 10% per malam.
Kenaikan tarif hotel merupakan upaya penyesuaian atas lonjakan biaya operasional hotel. Para pengelola hotel menghitung, kenaikan BBM dan TDL langsung mempengaruhi biaya hotelnya.
Menurut Yanti, kendati beberapa pengusaha hotel berencana menaikkan tarif, pelaksanaannya bukan hal yang mudah. Sebab sebagian besar penghuni hotel merupakan wisatawan lokal. Sementara, yang memiliki daya beli lebih tinggi merupakan wisatawan mancanegara.
Tahun lalu ada sekitar 100 juta wisatawan lokal yang berpesiar dan menginap di hotel. Sementara jumlah wisman yang menginap di hotel sekitar 7 juta orang. Kalau tarif dinaikkan, menurut Yanti, kemungkinan jumlah wisatawan lokal yang menginap di hotel akan berkurang.
Masih pikir-pikir
Toh, belum semua hotel ingin menaikkan tarif. Misalnya saja Tune Hotel Indonesia. Jovita Sadikin, Humas Tune Hotel Indonesia, mengungkapkan, pihaknya belum berencana untuk menaikkan tarif kamar di Tune Hotel. Pasalnya, hingga saat ini harga BBM subsidi belum naik, begitu juga TDL tersebut.
Sampai saat ini, tingkat hunian hotel di Tune Hotel, menurut Jovita, mencapai 70%. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tingkat hunian tahun lalu yang masih berkisar di angka 60%.
Senada dengan Jovita, Vivi Herlambang, Corporate Marketing Communication Manager PT Grahawita Santika, mengungkapkan, pengelola Hotel Santika dan Amaris ini masih mengkaji imbas kenaikan BBM dan TDL terhadap biaya operasional hotel. namun menurutnya, kenaikan BBM dan TDL itu akan berdampak terhadap biaya operasional hotel. Sebab, penggunaan BBM dan listrik merupakan salah satu beban biaya produksi hotel.
Dia mengungkapkan, jika beban produksi hotel meningkat, bisa jadi tarif sewa kamar Hotel Santika akan turut naik. "Jika masih bisa disiasati dengan cara menggunakan energi alternatif, mungkin kami tidak akan menaikkan tarif," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat hunian hotel berbintang di 20 provinsi pada Januari 2012 mencapai 51,27%. Angka ini naik dibandingkan dengan tingkat hunian di Januari 2011 yang angka 50,47%. BPS mencatat, hunian hotel di Sulawesi Tengah paling tinggi daripada daerah lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News