Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian semakin aktif mendorong pengembangan teknologi hilirisasi untuk lebih meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri.
Contohnya, yang dilakukan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) di Makassar, dengan membuat Showcase Kakao 4.0.
“Teknologi pengolahan kakao ini kami rancang sesuai kebutuhan petani. Kami berharap, ke depannya, para petani itu bisa kami dorong menjadi petani produsen. Dengan konsep end-to-end process, dari mulai pascapanen sampai benar-benar menghasilkan produk cokelat,” kata Kepala BBIHP Tirta Wisnu Permana di Makassar, dalam keterangan resminya, Rabu (12/2).
Baca Juga: Kopi Nusantara Makin Diakui Internasional
Wisnu optimistis, melalui upaya strategis tersebut, akan menumbuhkan jumlah wirausaha baru di Tanah Air terutama sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Kami harus mendorong petani kita agar bisa meningkatkan nilai tambah komoditasnya. Oleh karena itu, kami bikin teknologi fermentasi,” tuturnya.
Menurut Wisnu, teknologi fermentasi konvensional biasanya memakan waktu lima sampai tujuh hari. Tetapi inovasi yang dikembangkan oleh BBIHP bisa memangkas waktu fermentasi biji kakao hanya menjadi satu hari. Diharapkan, dengan proses lebih efisien, IKM nasional bisa semakin berdaya saing.
Baca Juga: Kementan targetkan peta tematik sawit rampung tahun ini
“Insya Allah tahun ini akan kami patenkan teknologi smart fermentor ini,” ujarnya. Kemudian, masih dilanjutkan lagi proses hilirnya dengan meningkatkan nilai tambah dari lemak atau pasta kakao menjadi olahan cokelat.
“Kami juga sedang coba membuat dark chocolate yang punya nutrisi tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan,” imbuhnya.
Wisnu menambahkan, pihaknya aktif memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti siswa sekolah, mengenai konsumsi cokelat yang baik.
Baca Juga: Dinasti Italia super kaya dapat dividen senilai Rp 9,781 triliun dari Nutella
“Kami sering mengundang sekolah-sekolah untuk melihat langsung proses pengolahan cokelat hingga menghasilkan produk jadi. Sebab, di lingkungan mereka punya potensi besar dari lahan kakao yang ada,” paparnya.
Tidak hanya menyasar kepada peningkatan nilai tambah kakao, BBIHP juga sedang merancang teknologi yang diberi nama Mini Point 4.0 untuk pengolahan kopi dengan kapasitas 15-20 Kg.
“Kami lagi membuat anggaran aplikasinya, alat-alatnya, dan mesin roasting-nya,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News