Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Pemerintah memiliki misi untuk bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi minyak dan gas. Namun lapangan-lapangan migas Indonesia yang mayoritas sudah tua membuat langkah untuk meningkatkan bahkan mempertahankan produksi migas menjadi terlalu sulit.
Biarpun begitu, saat ini di industri migas sudah ada teknologi enhanced oil recovery (EOR) yang bisa digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi terutama untuk sumur-sumur tua. Menurut data Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, jika menggunakan teknologi EOR saat ini, maka pada tahun 2032 produksi minyak Indonesia bisa dipertahankan hampir mencapai 600.000 Barel Oil Per Day (BOPD).
Jika saat ini teknologi EOR tidak diterapkan, maka pada tahun 2024-2025 produksi minyak Indonesia hanya akan capai 300.000 barel oil per day (BOPD). Sementara pada tahun 2032 diproyeksi produksi minyak Indonesia hanya sebesar 200.000 BOPD. Untuk itu, penggunaan teknologi EOR menjadi penting diterapkan karena hasil dari penggunaan teknologi ini baru terlihat dalam jangka menengah yaitu rata-rata di atas delapan tahun.
Namun menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ego Syahrial, penerapan teknologi EOR bukan menjadi prioritas pemerintah saat ini. Pasalnya pemerintah masih fokus untuk meningkatkan produksi saat ini.
Ego bilang, penggunaan teknologi EOR tidak bisa meningkatkan produksi minyak. Salah satu cara menambah produksi minyak adalah dengan menambah titik serap dengan melakukan pengeboran sumur, bukan dengan melakukan EOR.
"EOR bisa mempertahankan produksi tapi skalanya tidak besar, sangat spesifik tidak semua lapangan bisa terapkan itu. Bukan berarti EOR tidak dilaksanakan. Dampaknya itu ada, tapi kalau kami urutkan skala prioritas, penambahan titik serap, workover atau kerja ulang, baru EOR," jelasnya pada Senin (14/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News