kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Terantuk saham hanggar, Lion Air melirik Johor Baru


Senin, 14 Februari 2011 / 10:18 WIB
Terantuk saham hanggar, Lion Air melirik Johor Baru
ILUSTRASI.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can

JAKARTA.PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) membatalkan pembangunan bengkel perawatan pesawat terbang di Manado, Sulawesi Utara. Alasannya, Lion Air tidak bisa memenuhi keinginan PT Angkasa Pura (AP) I yang meminta kepemilikan saham mayoritas di bengkel tersebut.

Lion Air malah berencana memindahkan proyek tersebut ke Johor Baru, Malaysia. Sebab, ada tawaran yang lebih menarik dari Malaysia sehingga perusahaan tersebut akan memindahkan hanggar dengan investasi paling tidak US$ 30 juta ke Johor Baru.

Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana mengatakan, sebenarnya untuk pembangunan hanggar tersebut, Lion Air sudah membeli tanah seluas 12 hektare (ha) di sebelah Bandara Sam Ratulangi Manado. Lion juga telah membebaskan tanah dari masyarakat untuk pembangunan jalan raya. Bahkan peresmian dan peletakan batu pertama juga sudah dilakukan.

Masih menurut Rusdi, rencana awal pembangunan hanggar di Manado dua tahun lalu tidak terlepas dari program pemerintah mendorong investor ke Indonesia Timur. Dan Lion, telah mendapatkan izin dari Gubernur Sulawesi Utara serta menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan AP I. "Kerugian akibat pembatalan itu sekitar Rp 7 miliar," ungkap Rusdi akhir pekan kemarin.

Pembangunan hanggar itu rencananya juga diikuti dengan menjadikan Manado sebagai hub penerbangan dari Manado ke Jepang, China, Korea dan Taiwan. Sayang, kata Rusdi, belakangan AP I sebagai pengelola bandara, meminta kepemilikan saham 51%. Lion Air keberatan dengan permintaan tersebut sehingga terpaksa membatalkan rencana tersebut.

Pasca pembatalan tersebut, Rusdi mengaku mendapatkan tawaran lahan untuk pembangunan hangar di Johor Baru, Malaysia. Di sana, mereka mendapatkan lahan seluas 2,5 hektare (ha) di kawasan ekonomi khusus untuk industri dengan teknologi tinggi. Tarif sewa yang ditawarkan senilai US$ 3.600 per bulan. Selanjutnya, setelah 10 tahun pemanfaatan, lahan itu akan menjadi hak milik Lion Air.

AP I ingin di Makassar

Selain di Johor Baru, Lion Air juga mendapatkan tawaran lahan di Palangkaraya yang kini masih dijajaki. Namun jika birokrasinya berbelit-belit dan masih banyak kesulitan, ungkap Rusdi, Lion Air tidak segan-segan berpindah ke Johor Baru, Malaysia. "Kami sebenarnya tidak ingin ke Malaysia, tapi kalau tidak, pesawat kami siapa yang akan merawat," kata Rusdi.

Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha AP I, Robert Daniel Waloni menyatakan, kerjasama pembangunan hanggar merupakan program AP I dalam meningkatkan kerjasama dengan maskapai, termasuk dengan Lion Air. Tetapi AP I menawarkan kerjasama yang sama di Makassar yang prasarananya lebih lengkap. "Jadi tidak benar jika kami menghalang-halangi pembangunan hanggar mereka," tepis Robert.

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, menyayangkan apabila Lion Air sampai memindahkan investasinya ke Malaysia. Pasalnya, hal itu justru bertolak belakang dengan program pemerintah yang ingin mengundang investor luar masuk ke Indonesia. Maka, Kementerian Perhubungan akan menawarkan lokasi di bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT) kementerian tersebut, asalkan Lion Air tidak memindahkan investasinya ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×