Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Lebih lanjut, Khaeroni mengaku, pandemi Covid-19 memang cukup mempengaruhi kelangsungan pembangunan PLTA Kayan. Sebab, tenaga ahli yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek tersebut belum bisa kembali dari luar negeri. Sebagai antisipasi, di awal kegiatan proyek PLTA Kayan pihak KHE akan menggunakan kontraktor lokal.
Mengutip berita sebelumnya, KHE pernah menandatangani kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC) dengan Sinohydro Corporation Limited pada 31 Oktober 2018 lalu.
“Target PLTA Kayan masih sesuai perencanaan awal yaitu konstruksi selesai di tahun 2024 dan tahap commercial operation date (COD) di tahun 2025 mendatang,” tambah dia.
Dalam catatan Kontan, total nilai investasi PLTA Kayan mencapai US$ 17,8 miliar. Angka tersebut belum termasuk pembiayaan infrastruktur dan pengembangan industri.
Baca Juga: Ada Optimisme di Balik Tantangan Realisasi PLTA Kayan Cascade
Khaeroni menyebut, sumber dana investasi proyek PLTA Kayan berasal dari kerja sama dengan mitra bisnis dari luar negeri. Sebagian dana investasi proyek tersebut juga berasal dari ekuitas KHE sendiri.
Sebagai informasi, dengan total kapasitas mencapai 9.000 MW, PLTA Kayan kelak menjadi PLTA terbesar se-Asia Tenggara. PLTA yang dibangun di atas lahan seluas 2.600 hektare (Ha) ini akan terdiri dari 5 bendungan dengan 5 unit pembangkit.
Untuk tahap pertama akan dibangun pembangkit sebesar 900 MW. Tahap kedua sebesar 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing sebesar 1.800 MW, serta tahap kelima sebesar 3.300 MW.
Khaeroni menyampaikan, listrik yang dihasilkan oleh PLTA Kayan akan diserap oleh kawasan industri dan pelabuhan internasional di Kalimantan Utara. Di samping itu, PLTA tersebut juga akan menyuplai listrik untuk ibu kota negara baru. Bahkan, listrik dari PLTA ini juga bisa diekspor ke negeri tetangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News