kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Terdampak kesepakatan internasional, perhitungan cadangan gas dalam negeri berubah


Selasa, 17 November 2020 / 13:24 WIB
Terdampak kesepakatan internasional, perhitungan cadangan gas dalam negeri berubah
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan regulator sektor jaringan gas. ANTARA FOTO/Rahmad/foc.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan terjadi perubahan perhitungan cadangan gas bumi akibat perubahan ketentuan kesepakatan internasional.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kemeneterian ESDM Tutuka Ariadji menerangkan cadangan gas dala negeri semula mencapai 62,4 triliun cubic feet (tcf). Namun, besaran tersebut terpangkas menjadi sebesar 43,6 tcf akibat adanya perubahan ketentuan mengenai cadangan yang bisa diproduksi.

"(Kesepakatan Internasional) menyatakan definisi cadangan itu harus ada proyeknya, bukan sekedar teknologi, jumlah cadangan. Tapi harus ada pekerjaan dan perencanaan komitmen cashflow," ungkap Tutuka dalam RDP Komisi VII DPR RI, Senin (16/11).

Tutuka melanjutkan, pengurangan cadangan ini terjadi pada wilayah East Natuna yang potensinya disebut mencapai 46 tcf. Belum adanya proyek dan buyer pada wilayah itu membuat potensi yang ada di East Natuna tak bisa dimasukan dalam kumulatif cadangan gas bumi nasional.

Baca Juga: PLN berpotensi kantongi pendapatan Rp 721 juta per hari dari industri di Tangsel

Tutuka menambahkan, secara umum Natuna dapat menjadi mega proyek dimana produksi dapat mencapai 8 miliar kaki kubik per hari atau lebih besar dari produksi gas nasional. Hal ini dikemukakan pasca Komisi VII meninggung temuan skala besar di Mesir.

"Untuk mega project di lakukan tidak dengan cost recovery mungkin mengingat mega project (itu) investor cenderung bergerak cepat karena waktu itu di Mesir kondisinya ekstrim jadi membutuhkan keuangan yang baik," ujar Tutuka.

Menurutnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM pun kini telah memberlakukan fleksibilitas kontrak migas dimana investor dapat emilih cost recovery, gross split ataupun skema lainnya.

Selanjutnya: ESDM: Perlu dilakukan review feasibility study untuk pipa gas Dumai-Sei Mangke

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×