Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak pandemi global covid-19 dan berdampak bagi industri penerbangan, frekuensi perjalanan dengan pesawat berkurang signifikan. Namun demikian, konektivitas udara di tetap perlu dijaga untuk mempercepat penanganan virus tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, PT Angkasa Pura II (Persero) hingga saat ini tetap mengoperasikan 19 bandara untuk melayani penerbangan.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, saat ini perseroan menekan biaya operasional, memangkas belanja modal (capital expenditure/capex), dan memperketat manajemen arus kas (cash flow management).
Baca Juga: Atur kapasitas di terminal bandara Soekarno-Hatta, AP II terapkan sistem teknologi
Tiga program tersebut merupakan bagian dari upaya mempertahankan kelangsungan bisnis (business survival) yang dijalankan sejak Maret 2020 atau saat pandemi ditetapkan, supaya konektivitas udara Indonesia tetap terjaga.
"Fokus di dalam business survival itu adalah memperhitungkan pengeluaran dengan ketat melalui program cost leadership, lalu memangkas capex, serta memperketat cash flow management," ujar Awaluddin dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Minggu (14/6).
Asal tahu saja, pada awal 2020, AP II menetapkan capex Rp7,8 triliun. Namun seiring dengan pandemi, capex dipangkas menjadi Rp1,4 triliun, kemudian diperketat lagi menjadi Rp1,1 triliun.
Capex tahun ini khusus digunakan untuk proyek yang bersifat multiyears, pemeliharaan fasilitas guna menjamin keamanan, keselamatan, pelayanan, serta perumusan desain Terminal 4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. “Tahun ini bukan tahun ekspansi bagi PT Angkasa Pura II karena kami memperhitungkan segala sesuatunya di tengah pandemi ini,” kata Awaluddin.
Baca Juga: Di tengah pandemi Covid-19, bisnis kargo Angkasa Pura II masih terjaga
AP II juga memperketat ikat pinggang dengan melakukan penghematan dari sisi operasional di 19 bandara. Penghematan misalnya dengan menekan biaya fasilitas dan layanan nonprioritas memperhatikan kondisi yang ada.
Salah satu contoh penghematan yang dilakukan di Soekarno-Hatta adalah menutup sementara Terminal 1 dan Terminal 2F. Hal ini juga merupakan upaya melakukan pengaturan pola operasional guna mendukung pembatasan sosial berskala besar (PSB). Sejalan dengan PSBB, operasional skytrain yang merupakan moda transportasi kereta listrik antar-terminal untuk sementara dihentikan.