Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Menurut Zulkifli, prioritas utama yang dilakukan PLN ialah melakukan penyelamatan operasional. Setelah itu, sambungnya, PLN melakukan review menyeluruh terhadap proyek-proyek kelistrikan yang ada. Ia menegaskan, perusahaan setrum plat merah itu akan memprioritaskan proyek-proyek yang sudah mendapatkan pendanaan.
"Yang sudah ada pendanaannya pasti kami akan dahulukan. Yang belum ada pendanaan untuk sementara akan kami tahan dulu. Fokus kami yang mendukung keandalan listrik," terang Zulkifli.
Dari sisi keuangan, ia juga menyatakan bahwa kondisi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ikut menambah beban PLN. Zulkifli menerangkan, setiap rupiah melemah Rp 1.000, maka beban PLN bisa membengkak Rp 9 triliun terhadap kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan.
Baca Juga: Dirut PLN: Kami akan minta tunda bayar utang ke bank yang jatuh tempo tahun ini
"Setiap kali pelemahan kurs rupiah ke dolar Rp 1.000, maka biaya kami naik Rp 9 triliun. Namun situasi dinamis sekali, kami akan lihat nanti pengaruh dari pelemahan ini, satu sampai tiga bulan ke depan. Kami berharap sampai akhir tahun rupiah sudah menguat," ujar dia.
Dari pertumbuhan penjualan listrik, realisasinya pun meleset dari target. Jika dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) asumsi pertumbuhan bisa di atas 8%, namun realisasi dalam 4 tahun terakhir sebelum pandemi virus corona menerpa, hanya mampu tumbuh sekitar 4,5%.
Dalam catatan Kontan.co.id, pada tahun ini target pertumbuhan penjualan tenaga listrik PLN dipatok sebesar 4,55%. Dengan angka tersebut, target penjualan listrik PLN di tahun ini sebesar 256,7 TeraWatthour (Twh). Sementara itu, belanja modal atau capital expenditure (capex) PLN di tahun ini dianggarkan sebesar Rp 80- Rp 90 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News