kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Terganjal virus corona, Freeport Indonesia minta penyelesaian smelter ditunda 1 tahun


Selasa, 28 April 2020 / 17:43 WIB
Terganjal virus corona, Freeport Indonesia minta penyelesaian smelter ditunda 1 tahun
ILUSTRASI. Freeport Indonesia minta penundaan pembangunan smelter karena terdampak virus corona


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) meminta supaya target penyelesaian pabrik pemurnian dan pengolahan tembaga (smelter) bisa ditunda. Hal tersebut dilakukan lantaran proyek smelter PTFI terkendala pandemi virus corona (Covid-19).

Direktur Utama PTFI Tony Wenas mengatakan, pihaknya telah mengajukan permintaan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar penyelesaian smelter bisa ditunda selama satu tahun. Semula, target penyelesaian smelter PTFI dipatok paling lama pada Desember 2023 atau lima tahun setelah terbitnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada 23 Desember 2018.

Jika permintaan itu dikabulkan, maka batas waktu penyelesaian smelter PTFI molor ke akhir tahun 2024. Tony bilang, PTFI telah mengirimkan permintaan penundaan tersebut kepada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM pada pekan lalu.

Baca Juga: Produksi dan penjualan emas-tembaga Freeport Indonesia merosot di kuartal I 2020

"Kami lihat perkembangannya bagaimana. Kami mengajukan pada pemerintah untuk delay pembangunan smelter selama satu tahun. Kementerian ESDM akan lihat detailnya, masih dikaji. Keputusannya bagaimana, kami juga belum tahu, kami menunggu" kata Tony dalam konferensi pers terbatas secara virtual, Selasa (28/4).

Jika permohonan ini disetujui, PTFI juga berharap ada perubahan syarat administrasi sehingga ekspor konsentrat tembaga PTFI tetap bisa dibuka. Dalam kondisi normal, salah satu syarat untuk mendapatkan rekomendasi ekspor konsentrat ialah evaluasi smelter yang harus sesuai target.

"Kami berharap tetap produksi dan melakukan ekspor, ada perubahan administrasi. Parameternya mungkin akan diubah," sebutnya.

Tony menjelaskan, pandemi virus corona membuat pembangunan smelter yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur ini sulit dilakukan.

Dari sisi pengerjaan di lapangan, proyek senilai US$ 3 miliar ini terkendala kebijakan pembatasan (distancing) untuk mencegah penyebaran Covid-19. Alhasil, persiapan lahan serta penyelesaian fasilitas dan infrastruktur pun terganggu.

Tony bilang, proses selanjutnya juga bakal terganjal lantaran negara asal dari kontraktor dan supplier utama penyokong proyek smelter telah terdampak virus corona. "Contoh, kontraktor utama kami adalah Chiyoda dari Jepang. Di sana sudah darurat, ada pembatasan, ini tentu menghambat teknis," lanjut dia.

Baca Juga: Ada pandemi virus corona, begini kinerja Freeport Indonesia di kuartal I-2020

Selain Jepang, Finlandia sebagai negara asal penyedia teknologi smelter Outotec juga telah melakukan pembatasan. Begitu juga dengan konsultan yang didatangkan dari Kanada yang ikut tertahan pandemi virus corona.

"Selain itu, tentunya dari Amerika Serikat yang sangat terpengaruh virus corona. Ada juga beberapa peralatan lain dari Spanyol dan Italia," jelas Tony.

Dari sisi progres pengerjaan, ia mengklaim bahwa selama ini hasilnya selalu sesuai dengan target evaluasi enam bulanan yang diberikan Kementerian ESDM. Tony bilang, berdasarkan hasil evaluasi terakhir, progres pembangunan smelter ini sebesar 4,88%.

"Sebenarnya sudah berjalan cukup baik sesuai target pemerintah. Selalu melebihi 90% sebagaimana yang disyaratkan peraturan, bahkan terakhir lebih dari 100%," katanya.

Tony menerangkan, penyiapan lahan sudah hampor rampung dan saat ini pihaknya tengah melakukan finalisasi Front End Engineering Design (FEED). Sebelum ada virus corona, rencananya konstruksi fisik akan dimulai pada bulan Agustus mendatang.

Dari sisi pendanaan, proyek smelter ini telah menyerap investasi sebanyak Rp 2 triliun dari kas internal PTFI. Tony menyebut, sebelum wabah ini merebak, PTFI berencana untuk membelanjakan US$ 500 juta untuk pembangunan smelter di tahun ini.

Adapun, untuk menutupi total investasi senilai US$ 3 miliar, PTFI rencananya akan menarik pinjaman dari sejumlah perbankan sebanyak US$ 2,8 miliar. Dengan adanya pandemi ini, rencana tersebut berpeluang besar untuk berubah.

"Kami sudah mendapatkan semacam komitmen pendanaan dari beberapa bank, tapi belum deal. Dengan situasi ekonomi sekarang, mereka akan review proposal kami. Harapan kita tetap bisa mendapatkan," ungkap Tony.

Baca Juga: TNI-Polri kontak senjata dengan KKB di area Freeport, Tembagapura

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, smelter PTFI ini akan memiliki dua fasilitas. Yakni untuk mengolah konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga, serta fasilitas pemurnian logam berharga atau Precious Metal Refinery (PMR).

Smelter tembaga memiliki kapasitas input 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan dapat menghasilkan katoda tembaga sebanyak 550.000-600.000 ton per tahun. Fasilitas ini ditargetkan rampung kuartal IV 2023.

Sementara kapasitas fasilitas PMR bisa mengolah 6.000 lumpur anoda per tahun. Menurut Tony, fasilitas PMR ini bisa rampung lebih awal, yakni sekitar Kuartal IV 2022.

Produk turunan yang bisa dihasilkan dari fasilitas PMR itu ialah emas, perak, platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal. Khusus untuk produk emas, Tony mengatakan bahwa smelter tersebut bisa menghasilkan 35 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×