Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Star Energy Holding Ltd. tertekan penurunan harga minyak dunia. Perusahaan asal Inggris yang bergerak dalam bisnis minyak dan gas (migas) dan geothermal itu, sedang berusaha menyelamatkan bisnis.
Strategi Star Energy adalah meningkatkan efisiensi pengeluaran. Tahun ini mereka tidak menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure. "Kami tidak mampu menyediakan belanja modal, jadi rencana belanja kami tahan dulu," ungkap Chief Executive Officer Star Energy Rudy Suparman kepada KONTAN Rabu (27/1).
Tak cuma menyetop belanja modal, Star Energy juga mencoba strategi lain. Pertama, mengkaji ulang semua program kerja. Kalau ada program yang bisa ditunda tahun depan, akan mereka tunda tahun depan. Ini demi mengejar efisiensi penggunaan belanja operasional.
Kedua, melakukan negosiasi ulang semua kontrak pekerjaan. Tujuannya perusahaan ini ingin meminta penurunan biaya produksi. Mereka mengklaim, banyak kontraktor nasional yang merespon permintaan itu. "Penurunan tidak besar, hanya sekitar 5% ," kata Rudy.
Sementara dari sisi sumber daya manusia (SDM), Star Energy berencana mengurangi sekitar 40% jumlah karyawan. Namun, bukan dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Melainkan, mereka tak akan mengganti karyawan yang mengundurkan diri atau pensiun, dengan merekrut karyawan baru.
Berangkat dari potret harga minyak dunia yang masih suram, Star Energy tak berencana mengembangkan bisnis pada tahun ini. Harapan utama perusahaan itu yakni mampu bertahan di tengah kolaps harga minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News