Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Jika hingga akhir tahun 2014 ini PT Bukit Uluwatu Tbk merugi, bisa jadi tahun 2014 adalah tahun petaka bagi perusahaan ini. Tiga laporan keuangan Bukit Uluwatu yang sudah dipublikasikan, yakni periode triwulan I, semester I, dan laporan keuangan hingga September 2014, kompak menorehkan rapor merah.
Pada laporan keuangan triwulan I–2014, Bukit Uluwatu merugi Rp 11,74 miliar. Lantas pada periode keuangan semester I–2014 dan periode keuangan sembilan bulan tahun ini, nilai kerugian yang ditorehkan adalah Rp 11,92 miliar dan Rp 8,27 miliar.
Direktur Utama Bukit Uluwatu Hendry Utomo menjelaskan, musabab rugi adalah peningkatan beban umum dan administrasi seperti biaya gaji, professional fee, dan biaya perawatan. "Termasuk biaya penjualan seperti iklan, promosi material, dan biaya operasional lain," bebernya pada KONTAN Kamis (13/11) lalu.
Perlu dicatat, kerugian di tiga periode laporan keuangan 2014 sejatinya sama dengan laporan keuangan tiga periode yang sama tahun 2013. Namun, beruntung pada catatan keuangan sepanjang 2013, Bukit Uluwatu mampu lepas dari kubangan rugi dengan mencatat untung periode berjalan Rp 64,02 miliar. Nilai itu bahkan tumbuh 12,85% dari untung tahun 2012.
Perusahaan berkode BUVA di Bursa Efek Indonesia ini tentu ingin mengulang mujur di 2013 tersebut. Namun, alih-alih menyebutkan target untung akhir tahun 2014, manajemen perusahaan ini memilih memaparkan target pendapatannya 2014, yakni Rp 190 miliar. Jika pendapatan hingga September 2014 adalah Rp 139,34 miliar, berarti perusahaan ini masih harus mengejar pendapatan paling sedikit Rp 50,66 miliar.
Sambil menanti hasil akhir 2014, yakni untung atau rugi yang didekap, manajemen Bukit Uluwatu saat ini melanjutkan tiga strategi untuk memperbaiki kinerja. Pertama, meningkatkan pendapatan hotel. Semisal dengan menambah jumlah kamar hotel.
Kedua, menambah lahan real estat dan vila.
Ketiga, mengakuisisi perusahaan hotel lain yang berkinerja baik. Pada Oktober lalu, Bukit Uluwatu mengakuisisi 49% saham PT Dialog Mitra Sukses dari PT Laras Nusa Persada. Nilai akuisisi ini Rp 5,49 miliar.
Melalui akuisisi itu, Bukit Uluwatu ingin mengoperasikan merek hotel kedua dengan kategori hotel bintang tiga plus. Untuk tahap awal, pengembang itu akan membangun hotel merek kedua di Cirebon dan Banyuwangi pada akhir tahun 2014.
Biaya investasi masing-masing proyek hotel itu sekitar Rp 100 miliar. Hotel merek kedua itu menyasar kelas menengah dan wisatawan lokal.
Hendry bilang, "Dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kelas menengah di Indonesia, kami memprediksi bahwa perjalanan wisatawan lokal ke tempat-tempat wisata akan makin meningkat ke depan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News