Reporter: Nurmayanti |
JAKARTA. Sudah ada pengusaha yang minat terhadap Stimulus Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) produk pulpen. Departemen Perindustrian (Depperin) mencatat, tiga perusahaan pulpen lokal telah mengajukan stimulus BMDTP pulpen. Dua dari tiga perusahaan itu adalah PT Pilot Pen dan Standard Pen Indonesia. Mereka mengajukan BMDTP senilai Rp 100 juta dari total nilai gelontoran dari pemerintah senilai Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar di tahun ini.
Pengajuan BMDTP ketiga perusahaan ini baru memasuki tahap awal. Sebab, Rencananya pemerintah akan mengucurkan stimulus BMDTP tak sekaligus tapi terbagi dalam beberapa tahap. Tak heran, jumlah kucuran BMDTP dari tiga perusahaan itu terbilang masih sedikit hanya Rp 100 juta.
”Jadi ini memang dikucurkan secara bertahap. Pengajuan senilai Rp 100 juta itu untuk tiga bulan dulu,”kata Direktur Industri Aneka Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Irmawan, pekan lalu.
Selama ini, total nilai impor bahan baku pulpen per tahun hanya mencapai sekitar Rp 40 miliar. Dari berbagai jenis bahan baku mulai dari mata pena, tinta dan lainnya. Semua bahan baku itu diimpor 7 perusahaan pulpen yang ada di dalam negeri. Ketujuh perusahaan itu bagian dari total 14 perusahaan alat tulis di dalam negeri. Kucuran BMDTP pulpen di tahun 2009 ini merupakan yang pertama kalinya.
Pemerintah sepakat membantu industri pulpen dengan pertimbangan industri ini tetap harus mendapatkan stimulus mengingat peran strategisnya cukup besar dalam meningkatkan pendapatan negara dan penyerapan tenaga kerja. Rencananya, pemerintah akan memaksimalkan kucuran BMDTP pulpen harus terserap semua hingga akhir tahun. “Sebab konsumsi pulpen baru tumbuh 30%-40%. Jadi industri ini harus tumbuh lebih besar lagi,” jelasnya.
Stimulus BM-DTP itu, hanya diperuntukkan bagi impor bahan baku dan komponen pulpen yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Berdasarkan catatan Depperin, industri alat tulis di dalam negeri hanya mampu memasok kebutuhan lokal sekitar 75% dari total kebutuhan per tahun antara Rp200 miliar-Rp300 miliar, selebihnya dipasok dari impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News