Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memanas setelah militer India melancarkan serangan ke wilayah Pakistan pada dini hari 7 Mei 2025.
Meski demikian, konflik tersebut dinilai belum memberikan dampak signifikan terhadap pasar minyak sawit mentah (CPO) global.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Farid Amir menyebut, karakteristik negara sangat menentukan sejauh mana konflik memengaruhi fluktuasi harga komoditas global, termasuk CPO.
Baca Juga: Gapki: Ada Potensi Penurunan Ekspor CPO Imbas Perang India-Pakistan
“Perang India-Pakistan sejauh ini belum menunjukkan pengaruh signifikan terhadap harga CPO global, karena kedua negara bukan produsen maupun konsumen utama minyak nabati dunia,” ujar Farid kepada Kontan.co.id, Jumat (9/5).
Ia membandingkan dengan konflik Rusia-Ukraina, yang secara langsung mengganggu pasokan minyak bunga matahari, komoditas minyak nabati utama sehingga mendorong kenaikan harga minyak nabati lainnya termasuk CPO.
Namun, Farid tidak menampik bahwa jika konflik di wilayah Kashmir tersebut terus meluas, potensi penurunan permintaan dari India dan Pakistan bisa terjadi.
Sebab, kedua negara merupakan pasar ekspor penting bagi produk turunan kelapa sawit Indonesia.
Tercatat, pada tahun 2024, volume ekspor produk sawit Indonesia ke India mencapai 4,58 juta ton, sementara ke Pakistan sebanyak 3,01 juta ton.
Selama lima tahun terakhir, tren ekspor ke kedua negara tersebut masing-masing tumbuh sebesar 4% dan 3%.
Lebih lanjut, Farid mengatakan bahwa hingga saat ini tidak ada gangguan signifikan pada jalur logistik. Pemblokiran pelabuhan terhadap kapal dari negara konflik juga belum terjadi.
Baca Juga: Emiten CPO Panen Laba Sepanjang Kuartal I 2025, Cek Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
“Kami telah berkoordinasi dengan pelaku usaha dan perwakilan kami di India. Sampai saat ini, konflik belum berdampak pada arus logistik produk Indonesia karena distribusi tidak melalui wilayah konflik secara langsung,” jelas Farid.
Ia menegaskan, pemerintah, baik di tingkat pusat maupun perwakilan di luar negeri, terus memantau perkembangan situasi geopolitik tersebut agar dapat mengantisipasi potensi gangguan terhadap ekspor kelapa sawit ke depan.
Selanjutnya: 10 HP dengan Layar Lengkung Terbaik di Tahun 2025
Menarik Dibaca: Ekonom Sarankan Ini Agar Kinerja Waskita Optimal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News