Reporter: Aprillia Ika |
JAKARTA. Kerajinan mendong merupakan kerajinan andalan kebanyakan masyarakat Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya. mendong adalah sejenis pandan laut yang hidup di daratan. Rata-rata tinggi mendong adalah sekitar 1,3 meter sampai 1,5 meter. Sering juga disamakan dengan padi-padian, namun mendong tidak berbuah layaknya padi.
Di Cibeureum, mendong disulap menjadi aneka kerajinan yang bernilai jual tinggi. Salah satunya, mendong diolah menjadi kerajinan tikar. Seperti yang dilakukan oleh Endang Kurniawan.
Usaha kerajinan tikar mendong tersebut digeluti Endang sejak tahun 1991. Di bawah bendera CV Cahyati Craft, Endang memasarkan kerajinan tikar mendongnya sampai ke Lombok dan Makassar.
Saban bulan, Endang bisa memasok sekitar 350 kodi tikar ke kedua daerah tersebut. Omzetnya lumayan. Karena harga satu tikar buatannya dibanderol seharga Rp 12.000 sampai Rp 50.000.
Dari hasil penjualan tikar mendongnya tersebut, Endang mampu menghidupi ratusan pegawainya yang terdiri dari 14 kelompok kerja. Dus, Endang juga bisa membayar biaya operasional ratusan alat tenun di pabriknya di Lawangsondong, Cibereum.
Awalnya, pria 40 tahun yang pernah bercita-cita jadi pegawai negeri ini ingin menghidupkan kerajinan mendong. Pasalnya, keluarga Endang secara turun temurun merupakan pengrajin mendong.
Maka dengan modal Rp 5 juta, Endang membeli satu mesin tenun dan bahan baku mendong. Bahan baku mendong disuplainya dari sekitar Cibeureum dan dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Waktu itu, pekerjanya ya hanya saya sendiri," kenangnya.
Menurut Endang, pengolahan mendong tidak sulit. Pertama-tama mendong yang masih berwarna hijau karena mengandung banyak air dikeringkan dulu sampai kadar airnya berkurang. Jika warnanya sudah berubah kecokelatan, mendong siap ditenun. dan warnanya berubah kecokelatan.
Untuk tikar produksi Endang, rata-rata menggunakan pola lebar satu meter sementara panjangnya bisa lebih dari satu meter. "Kita bermain di desain. Kalau yang sedang tren saat ini, desain tikar yang banyak sulaman benangnya sementara mendongnya sedikit," ujarnya.
Endang bilang, semakin sederhana motif tikar maka semakin murah harganya. Dari tiap tikar yang dihasilkannya, Endang mendapat keuntungan bersih dari Rp 1.000 sampai Rp 3.000 per tikar.
Endang juga memenuhi pesanan pasar Malaysia dan Brunei dalam bentuk bahan setengah jadi. Untuk kedua daerah ini, Endang menjual tikar setengah jadinya dengan harga Rp 3500 sampai Rp 8500 per meter. Bahan tersebut bakal diolah kembali menjadi tas atau kotak "Sayangnya, pesanan tersebut tidak saban bulan datang," pungkas Endang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News