kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,79   -17,94   -1.94%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tok! RUPTL 2018 – 2027 resmi disahkan


Selasa, 13 Maret 2018 / 22:51 WIB
Tok! RUPTL 2018 – 2027 resmi disahkan


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengetok palu tanda sahnya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018 – 2019. Dalam RUPTL baru ini, kebutuhan pembangkit listrik menurun dibandingkan dalam RUPTL 2017 – 2026.

Rinciannya, dari yang sebelumnya 77.900 Megawatt (MW) menjadi 56.000 MW. Hal itu atas dasar, kebutuhan pertumbuhan listrik yang hanya 6,86% disbanding asumsi yang sebelumnya mencapai 8,3%.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan sebelumnya, pada saat pembuatan RUPTL 2017 mengikuti program yang diyakini bahwa kebutuhannya itu lebih tinggi daripada sekarang.

“Sekarang kita lihat pertumbuhan listrik 7%. Kalau melonjak ya kita ubah. Tapi kita juga mensyaratkan capacity factor-nya tinggi. Sekarang bisa 85%,” terangnya saat konfrensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (13/3).

Penurunan itu, klaim Jonan, supaya biaya pokok produksi per kwh bisa turun lantaran kapasitas faktornya naik, sehingga biaya bisa ditekan.

Dari pengurangan itu, rinciannya adalah, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkurang 5.000 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTG/PLTGU)berkurang 10.000 MW. PLTA berkurang 1.000 MW. PLTP 1.000 MW.

Sementara untuk Energi Baru dan Terbarukan (EBT) lainnya, kata Jonan, bertambah dari yang sebelumnya hanya 1.200 MW menjadi 2.000 MW.

“EBT lain seperti PLTBayu, PLTS, bio massa, bio gas. Nah itu nambah. Ini yang kita lihat, bahwa yang lebih realistis dari kemampuan untuk membangun ini semua. Kalau 10 tahun 65.000 MW. Ya setahun 6.000 MW – 5.000 okelah,” urainya.

Sayangnya, Jonan tidak merinci detil, dimana saja proyek yang dipangkas itu. Yang jelas, yang dipangkas masuk ke dalam daftar potensial. Sehingga, jika permintaan listrik meningkat, daftar potensial itu bisa segera dimasukkan ke dalam RUPTL.

“Itu semua belum PPA. Kalau yang sudah PPA kan jalan semua,” tandasnya.

Adapun dalam RUPTL 2018 – 2027 untuk proyek lainnya ditetapkan. Total rencana pembangunan transmisi 63.855 kilometer. Total rencana gardu induk 151.424 MVA. Total rencana jaringan 526.390 Kilometer (Km).

Jonan bilang, ini jadi disusun berdasarkan proyeksi. Sementara untuk CODnya setiap pembangkit itu, dicocokan dengan proyeksi pertumbuhan kebutuhan listrik di setiap wilayah.

“Selama ini pemerintah melalui PLN kalau pertumbuhan ekonominya melonjak, mestinya masih cukup. Cadangan di daerah kan paling tidak 30%,” tandasnya.

Proyek HVDC sebatas Opsi

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengatakan proyek kabel bawah laut atau High Voltage Direct Current (HVDC) masih menjadi opsi dalam RUPTL 2018 -2027. Ia bilang bahwa pada prinsipnya PLN butuh interkoneksi antara Jawa - Sumatra dan Jawa - Bali.

“Interkoneksi di Sumatera kita targetkan 2026. Sekarang masih kami kaji. Ini kan sudah berjalan, nah sekarang di RUPTL opsinya masih ada,” terangnya.

Sementara untuk opsi High Voltage Alternating Current (HVAC)nya pun masih ada dalam RUPT. Hanya saja, kata Syofvi, PLN masih akan melihat evaluasi lebih dalam lagi dengan kondisi teknologi saat ini.

“Apakah ini akan continue. Tapi prinsip interkoneksi itu tetap harus dilakukan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×