kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tower Bersama Infrastructure (TBIG) bukukan kinerja ciamik di kuartal I 2020


Senin, 18 Mei 2020 / 15:46 WIB
Tower Bersama Infrastructure (TBIG) bukukan kinerja ciamik di kuartal I 2020
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan menara (tower) telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (18/9/2019). PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menargetkan penambahan sebanyak 3.000 pen


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 1.26 triliun dan Rp 1.08 triliun untuk periode Januari-Maret 2020.

Jika triwulan pertama ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp 5.04 triliun dan Rp 4.34 triliun.

CEO TBIG,Hardi Wijaya Liong, menjelaskan, TBIG memiliki 29.997 penyewaan dan 15.681 sites telekomunikasi per 31 Maret 2020.

Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 15.540 menara telekomunikasi dan 141 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 29.856, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,92.

Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) telah memenuhi 47% target penyewa baru di kuartal I

“Pada triwulan pertama 2020, TBIG mencapai pertumbuhan penyewa organik terbesar yang pernah dicapai. Kami menambahkan 1.402 penyewaan kotor, yang terdiri dari 134 sites telekomunikasi dan 1.268 kolokasi. Rasio kolokasi kami terus meningkat dan saat ini berada di 1,92x, disebabkan oleh kuartal yang luar biasa untuk kolokasi. Kami berharap pertumbuhan organik kami tetap kuat untuk membantu Operator dalam memperluas jangkauan jaringan mereka di seluruh negeri," ujar Hardi dalam jawaban tertulisnya, Senin (18/5).

Hardi mengatakan, Fokus TBIG adalah pada pelaksanaan yang tepat waktu untuk menyelesaikan pesanan dan pelayanan berkelanjutan kepada pelanggan telekomunikasi, sambil mengambil langkah-langkah tambahan, TBIG memastikan untuk selalu menjaga kesehatan karyawan selama pandemi Covid-19 global ini.

"Dengan situasi ini yang terus berkembang, tim manajemen kami berusaha keras untuk menjaga kemampuan kami untuk beroperasi di masa yang tidak pasti ini,” tambah Hardi.

Hardi menambahkan, Per 31 Maret 2020, total pinjaman kotor (gross debt) Perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindungi nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 21.6 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 7.9 triliun.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp 798 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 20.85 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp 7.1 triliun.

Baca Juga: Meski punya utang besar, Tower Bersama (TBIG) bakal bagi dividen

Menggunakan EBITDA kuartal pertama 2020 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,7x dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8x.

“Pada kuartal pertama tahun ini, kami berhasil mengakses pasar obligasi dalam mata uang Rupiah dan USD dengan tingkat bunga yang sangat kompetitif. Di bulan Januari, kami adalah perusahaan Indonesia (non-BUMN) pertama yang berhasil menerbitkan obligasi tanpa peringkat dengan jangka waktu 5 tahun dan bunga 4,25% sebesar US$ 350 juta. Dan di bulan Maret 2020, kami menerbitkan Rp 1,5 triliun Obligasi dalam mata uang Rupiah," katanya.

Sementara itu Helmy Yusman Santoso, CFO dari TBIG menjelaskan, dikarenakan penggunaan dana dari kedua obligasi ini untuk melunasi pinjaman bank yang ada, kedua obligasi memberikan efek netral terhadap leverage perusahaannya dan memperpanjang jangka waktu rata-rata struktur utang TBIG.

Selanjutnya, kata Helmy, tingkat leverage TBIG telah berkurang menjadi 4,8x di kuartal pertama 2020, jauh di bawah batasan obligasi TBIG untuk tidak lebih dari 6,25x untuk pinjaman kotor terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan.

Helmy menambahkan, bahkan dengan volatilitas Rupiah pada saat ini, lindung nilai (hedging) TBIG tetap efektif dan tidak berdampak merugikan terhadap bisnis atau keuangan perusahaannya.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham UNTR, TBIG, dan LINK untuk Rabu (13/5)

"Kami terus mematuhi strategi konservatif untuk melakukan lindung nilai atas seluruh pinjaman kami dengan instrumen lindung nilai yang sesuai dengan jatuh temponya. Tahun ini, Perusahaan akan melunasi obligasi Rupiah senilai Rp 2,15 triliun dengan menggunakan arus kas operasional yang kuat serta Fasilitas Kredit Revolving yang telah kami miliki,” ujar Helmy.

Helmy menyebut, kontrak jangka panjang yang terjamin dari pelanggan operator telekomunikasi memastikan arus kas yang kuat dan bertumbuh, yang membuat pihaknya berinisiatif untuk selalu memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Pihaknya juga tetap berencana secara reguler untuk mendistribusikan dividen kepada pemegang saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×