kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

TPMA mengejar pertumbuhan 20% tahun ini


Rabu, 24 Mei 2017 / 20:46 WIB
TPMA mengejar pertumbuhan 20% tahun ini


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) optimistis bisa mencapai target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih 10% -20% tahun ini. Optimisme tersebut sejalan dengan harga dan permintaan atas komoditas batubara masih cukup bagus sejak semester II 2016.

Hingga saat ini tingkat utilisasi kapal tongkat dan kapal tunda TPMA sudah mencapai 100% karena aktivitas sektor batubara masih cukup bagus. Sementara utilisasi floating crane perusahaan baru sekitar 80%-90%. Jumlah kapal tongkang dan kapal tunda mereka tercatat 35 set saat ini dan floating crane terdapat tiga unit.

Rudy Sutiono, Direktur Trans Power Marine melihat permintaan untuk angkutan batubara ke depan masih cukup bagus. "Saat ini saja. Banyak permintaan untuk angkutan batubara. PLN dan perusahaan yang punya power generator butuh batubara banyak saat ini dan tentu mereka perlu pengangkutan. Tapi kapal kita sudah penuh utilisasinya." kata Rudy pada KONTAN baru-baru ini

Lantaran utilisasi kapal mereka sudah penuh, TPMA tidak bisa lagi menerima kontra-kontrak baru. Sebetulnya perusahaan bisa saja menerima permintaan yang datang dengan menyewa kapal dari pihak ketiga, namun Rudy bilang, margin sewa kapal saat ini sangat tipis sehingga kurang menguntungkan.

Rudy menjelaskan sebelum tahun 2015 margin sewa kapal memang besar sekitar 10%-15%. Namun setelah itu hingga saat ini marginnya hanya sekitar 2%-3%.

Dengan margin tipis tersebut, perusahaan tentu tidak akan untung . Sebab, di saat yang sama mereka harus menyiapkan cash flow besar untuk melakukan pembayaran sewa karena pembayaran dari customer tidak dilakukan saat itu juga.

Semakin banyak sewa kapal maka cash flow yang disiapkan akan semakin besar. Margin 2%- 3% tadi tentu sudah tidak bisa menutupi bunga pinjaman bank yang harus dibayarkan untuk sebagai cash flow.

Jika pun terpaksa menyewa kapal, lanjut Rudy, hal itu hanya dilakukan untuk memenuhi permintaan urgen dari klien eksisting saja agar pelanggan yang ada tidak lari ke kompetitor perusahaan.

"Kita juga tidak mau punya terlalu banyak pelanggan. Kita lebih memilih fokus ke klien yang ada dengan memberikan service yang baik sehinggan nanti mereka tetap perpanjang kontrak." kata Rudy.

Rudy bilang, pihaknya masih akan lebih fokus di bisnis angkutan batubara ke depan. Saat ini, jasa angkutan yang mereka layani 80%-90% merupakan batubara dan sisanya merupakan angkutan wood chip untuk dikirim ke pabrik kertas.

Saat ini, TPMA belum memiliki rencana untuk menambah kapal karena perbankan sampai saat ini masih belum membuka diri memberikan pembiayaan ke sektor pelayaran.

Namun jika perusahaan mendapatkan kontrak besar jangka panjang, Rudy bilang, kemungkinan pihaknya akan mengkaji untuk menambah armada tetapi berupa kapal second.

"Kalau kapal baru pasti harganya sangat mahal. Saat ini harga satu set kapal tongkat tug boat mencapai Rp 15 miliar dengan kapasitas 7.000-8.000 ton sekali angkut," jelas Rudy.

Oleh karena itu, TPMA tidak akan banyak menyiapkan belanja modal (capex) tahun ini. Perusahaan hanya akan menyiapkan sekitar US$ 3 juta untuk docking repair atau perbaikan kapal-kapal yang sudah berusia lima tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×