Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
Negosiasi berbuah manis. Bank setuju perpanjangan waktu utang jatuh tempo. Bahkan, perbankan menyetujui ekspansi bisnis investasi pabrik susu Kalbe Morinaga Indonesia. Padahal aksi itu membutuhkan dana US$ 40 juta-US$ 45 juta.
Sebagai salah satu saksi mata, Kalbe termasuk perusahaan yang berhasil melewati masa krisis 1998 cukup cepat. Kala itu, laba bersih dan harga saham Kalbe melemah. Bahkan, harga saham Kalbe anjlok 50%. Namun, awal tahun 2000, Kalbe sudah membukukan pertumbuhan kinerja. Ini lantaran perusahaan ini memilih konsolidasi bisnis.
Kalbe rela menjual anak usaha yang tak produktif seperti perusahaan packaging, permen, dan biskuit Good Time. Selain divestasi, Kalbe memperkuat bisnis inti, dengan akuisisi obat batuk sirup Woods.
Delapan tahun bebas dari krisis, Kalbe kembali digoyang di 2008. Tapi, krisis kali ini tak sepelik 1998. Lagi, Kalbe mampu menghadapinya. Bahkan, perusahaan ini bisa berinvestasi dengan membangun pabrik yang memproduksi obat kanker di Cikarang. Pabrik ini bahkan sudah menghasilkan di 2012.
Produksi obat generik ini merupakan persiapan sebelum implementasi BPJS Kesehatan pada 2014. Saat ini, kapasitas produksi obat generik Kalbe mencapai 70%. Kalbe kini tak hanya menjadi produsen obat, tapi melebarkan sayap ke bisnis makanan dan produk kesehatan. Perusahaan ini juga sukses menjual produk hingga Afrika.
Regenerasi dengan persiapan matang
Meski berawal dari bisnis keluarga, kesuksesan PT Kalbe Farma Tbk tak lepas dari tangan para profesional di dalamnya. Kalbe yang berdiri pada 1966 dijalankan oleh sang pendiri, dokter Boenjamin Setiawan. Pria yang kerap dipanggil dr Boen ini memiliki latar belakang bidang farmakologi dan farmakinetik.
Dr Boen meraih gelar dokter di Universitas Indonesia dan PhD dari University of California Amerika Serikat. Pada saat berusia 23 tahun, ia mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi dan mendirikan Kalbe.
Pria yang memiliki nama China Khouw Liep Boen ini telah memimpin Kalbe dari sejak berdiri pada 1966 hingga 2008. Sejak saat itu, jabatan presiden direktur diserahkan kepada keponakannya, Bernadette Ruth Irawati Setiady.
Meski memiliki hubungan kerabat, karier dan pendidikan Irawati cukup mumpuni menjalankan bisnis farmasi. Wanita ini memulai karier di Bukit Manikam Sakti Ltd dan Sanghiang Perkasa Ltd, yang merupakan anak usaha Kalbe di bidang produk makanan kesehatan. Sebelumnya, Irawati juga bekerja di PT Enseval Putra Megatrading.
Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma Tbk mengungkapkan, pergantian pemain dalam menjalankan operasional bisnis di Kalbe sudah dipersiapkan secara matang. "SDM kami memiliki program pengembangan berlapis. Setiap posisi penting, ada calon pengganti. Misalnya saya. Sudah ada calon-calon pengganti saya. Karena kami tidak bisa menggaransi semua orang bekerja sampai pensiun," ujar Vidjongtius, yang telah bekerja di perusahaan ini selama 26 tahun.
Kini Kalbe memiliki 16.000 karyawan. Kalbe dikenal sebagai perusahaan memiliki keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding, distribusi, keuangan, serta riset dan pengembangan. Kalbe a juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 52,1 triliun. Kalbe kini memiliki empat kelompok bisnis, yakni bisnis obat resep, produk kesehatan, nutrisi, dan distribusi serta logistik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News