kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transportasi online dan konvensional, mana yang lebih aman?


Rabu, 31 Juli 2019 / 07:30 WIB
Transportasi online dan konvensional, mana yang lebih aman?


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga perlindungan konsumen masyarakat, Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) merilis hasil survei moda transportasi pilihan masyarakat. Hasilnya, ada empat moda transportasi yang menjadi pilihan konsumen karena dianggap memenuhi empat faktor penting, yakni keamanan, keselamatan, kenyamanan dan keterjangkauan.

Keempatnya adalah, ojek online, taksi online, bus trans dan KRL. “Dari hasil survei yang kami lakukan, 99,7% responden mengaku pernah atau bahkan sering menggunakan jasa transportasi online," ujar David M.L Tobing, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia dalam siaran pers, Selasa (30/7).

Namun, jika ditelisik lebih lanjut, isu keamanan dan keselamatan muncul sebagai faktor utama yang menentukan preferensi konsumen dalam memilih layanan aplikator mana yang akan digunakan.

Menurut David, jika mengacu pada hal itu, Go-Jek lebih aman di kategori transportasi online. Sementara, KRL lebih aman di kategori transportasi konvensional.

Dia menambahkan, preferensi konsumen untuk memilih layanan Go-Jek ditunjukkan David lebih tinggi, yaitu mencapai
36% dari total responden sedangkan pengguna layanan Grab menunjukkan angka 32%, dan yang memanfaatkan keduanya mencapai 32%.

Diantara pengguna ojek online, survei menunjukkan layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56%). Sementara kompetitornya
di industri ini, Grab Bike, diapresiasi dengan skor 44% untuk aspek keamanan.

Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53%, dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47%.

Sedangkan, KRL dan bus trans dipilih responden dikarenakan kemampuannya dalam memenuhi aspek keselamatan dan keamanan konsumen selain juga dapat diandalkan untuk ketepatan waktu layanannya.

Khusus KRL, kebijakan pemerintah untuk membangun moda transportasi yang terintegrasi dengan transportasi publik lainnya menjadikan KRL sebagai salah satu moda transportasi yang cukup populer digunakan oleh konsumen.

Dari sisi gender, perempuan yang paling banyak menggunakan transportasi online. Pada saat yang bersamaan, berdasarkan risiko keamanan, konsumen perempuan lebih rentan mengalami berbagai tindak kekerasan, pelecehan, kehilangan maupun kecelakaan.

Eksposur tertinggi terhadap risiko keamanan yang dialami konsumen perempuan adalah terhadap risiko kecelakaan, di mana pengguna layanan Grab-Bike mengaku lebih banyak mengalami risiko kecelakaan, yaitu mencapai 6,1% daripada eksposur risiko serupa yang dialami pengguna layanan Go-Ride, yakni 4,8%.

Demikian pula pada layanan taksi online, konsumen perempuan pengguna layanan Grab-Car mengalami tingkat kecelakaan lebih tinggi, yaitu 2,6% daripada pengguna layanan Go-Car, yang mencapai 1,4%. Terlebih, pada layanan taksi online, tingkat risiko pelecehan yang dialami responden pengguna layanan Grab-Car juga tercatat lebih tinggi, yaitu 2,2% dibandingkan pengguna layanan Go-Car, yang mencapai 1,4%.

Mewakili suara konsumen, David menghimbau untuk tidak terlalu agresif memberikan promo demi merebut pasar. Sebab, hal ini bisa berbahaya.

"Sekarang, konsumen makin pintar, mereka tidak mau asal murah tapi keselamatan dan keamanannya dipertanyakan. Himbauan saya kepada aplikator online adalah untuk terus mengutamakan keamanan dan keselamatan penumpang. Jangan sampai keinginan untuk merebut pasar jadi mengorbankan hak konsumen untuk merasa aman dan nyaman,” tutur David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×