Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Dulu, jual beli hardware IT bisa mendulang banyak uang. Tapi sekarang, bisnis itu sudah tidak begitu legit. Sehingga, para pemain didalamnya banyak melakukan perubahan arah bisnisnya.
Fujitsu misalnya. Sama seperti induknya di Jepang, Fujitsu Indonesia juga menerapkan strategi bisnis lebih fokus pada layanan jasa Information and Communications Technologies (ICT). Sehingga, porsi pendapatan dari penjualan produknya seperti laptop, scanner, dan lainnya akan menjadi semakin minoritas.
Oleh sebab itu, saat ini perusahaan yang berbasis di Negeri Sakura itu melakukan pendekatan strategis baru ke konsumen bertajukHuman Centric Innovation in Action. Visi barunya adalah Fujitsu Technology and Service Vision.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menyikapi kondisi yang sudah saling terkoneksi ini. Layanan kepada publik harus lebih baik," ujar Managing Director Fujitsu Indonesia, Achmad S Sofwan, Rabu (2/9).
ICT saat ini telah menjadi salah satu penentu masa depan sebuah bisnis. Layanan teknologi terintegrasi menjadi kebutuhan baik untuk organisasi non profit oriented maupun berorientasi profit dari berbagai sektor bisnis.
Contoh saja Go-Jek. Bagaimana sebuah aplikasi atau ICT itu memberikan peran penting bahkan bagi perusahaan pemula atau start up. Hasilnya bisa dilihat, cukup signifikan untuk pemasukan Go-Jek.
Nah, solusi IT seperti inilah yang menjadi fokus penjualan produk dari Fujitsu. "Karena yang paling memonjol dari kemajuam IT adalah, mempertemukam antara supply dan demand secara lebih efektif," imbuh Achmad.
Manajemen mengaku di sektor transportasi, pihaknya juga memiliki sistem yang bisa diaplikasikan di bandar udara (bandara) mulai dari sistem pengaturan lalu lintas penumpang, bagasi, sistem pengaturan parkir pesawat, dan lainnya.
Di sektor rumah sakit juga perseroan sudah punya sistem tele medicine. Sistem itu bisa membuat pasien yang ada di rumah sakit kecil bisa tetap berkonsultasi secara langsung dengan dokter yang ada di rumah sakit besar.
Pergeseran bisnis seperti ini kedepan alan membuat porsi bisnis ICT Fujitsu akan lebih dominan dibandingkan jualan produk (hardware)nya seperti dilakukan sejauh ini terutama sejak masuk Indonesia pada 1995. Saat ini, porsinya ada di kisaran 60% (hardware) banding 40% (ICT).
"Ke depan, dalam jangka pendek akan 50 banding 50 dan selanjutnya bisa lebih besar jasa ICT,” terusnya," tandas Achmad.
Pergeseran ini juga sudah terjadi di beberapa negara diluar negeri. Salah satunya di Jepang dan Singapura, kata dia, porsi bisnis jasa ICT Fujitsu sudah lebih dominan dibandingkan hardware. Achmad mengatakan, wajar saja itu terjadi sebab belanja IT di dua negara itu sudah mulai ramai sejak beberapa tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













