Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga emas dan logam mulia selama masa pandemi covid-19 cenderung berkilap. Meningkatnya minat dan kesadaran msayarakat dan berinvestasi ikut mendongkrak lonjakan harga logam mulia hingga ke level Rp 1 juta per gramnya.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengungkapkan, meski belakangan ini tren harga emas dalam fase bullish atau sedang terkoreksi setelah level tertingginya, namun prospek penguatan harga masih tetap ada.
Kondisi ini tentu bakal berdampak terhadap kinerja emiten emas. Hanya saja, Chris melihat bahwa dari sisi pendapatan, dampak kenaikan harga emas masih belum tergambar secara jelas. "Kemungkinan karena beberapa kontrak juga mengalami hedging, sehingga kemungkinan akan ada penyesuaian kontrak pada Q3 atau Q4 nanti," kata Chris kepada Kontan.co.id, Minggu (25/10).
Namun, khusus untuk segmen logam mulia, Chris menekankan adanya efek psikologis ketika sudah melewati level Rp 1 juta. Dengan melewati level tertinggi, harga cenderung akan berfluktuasi, sehingga masyarakat cenderung memilih untuk wait and see.
"Angka psikologis emas di harga Rp 1 juta tentu juga membuat masyarakat berfikir apakah harga emas akan cenderung meningkat? untuk itu harga emas cenderung berfluktuatif pada area Rp 1 juta dan menyebabkan masyarakat saat ini lebih wait and see melihat perkembangan harga emas kedepannya," jelas Chris.
Lebih jauh, Chris menilai bahwa jika harga emas dapat bertahan pada level sekarang, bukan tak mungkin kondisi itu akan mendorong perusahaan-perusahaan komoditas emas untuk mengembangkan bisnisnya ke segmen yang lebih hilir.
Baca Juga: Siapkan Logam Mulia untuk IPO, Aneka Tambang (ANTM) akan bentuk anak usaha khusus
"Karena beberapa tahun terakhir ini banyak perusahaan yang mulai masuk kedalam bisnis emas sehingga pengembangan bisnis hilir emas kemungkinan akan terealisasi kedepannya," sambung Chris.
Berbicara pengembangan bisnis, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi emiten pertambangan yang serius mengembangkan komoditas emas. Melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), kini Group BUMI optimistis produksi dan pendapatan dari segmen emas bisa terus bertumbuh.
"Prospek menarik dan menghadirkan potensi pertambahan nilai yang sangat menjanjikan untuk BRMS dan BUMI dalam jangka menengah," ungkap Dileep.
Apalagi, Dileep optimistis pada masa tekanan ekonomi seperti saat ini, minat untuk menjadikan emas sebagai safe haven atau lindung nilai akan kian diminati. "Vaksin pandemi hingga tahun depan juga dapat meningkatkan permintaan emas," sambungnya.
Asal tahu saja, sepanjang semester I-2020, fasilitas produksi miliki BRMS di Poboya, Palu, telah memproduksi dan mengirimkan 25,25 kilogram dore bullion ke fasilitas pemurnian (smelter) Logam Mulia yang dioperasikan oleh PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di Jakarta.
Adapun, fasilitas produksi di Poboya, Palu, memiliki kapasitas untuk mengolah sampai dengan 500 ton bijih emas per hari yang saat ini dikelola oleh PT Cita Palu Minerals (CPM) yang merupakan anak usaha BRMS. Setelah sukses mengoperasikan pabrik pertamanya tersebut, BRMS juga tengah membangun pabrik kedua dengan kapasitas hingga 4.000 ton bijih per hari.
Tak ketinggalan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) saat ini juga terus menjajaki pengembangan bisnis dari hulu tambang hingga ke hilir penjualan emas. Senior Vice President Corporate Secretary ANTM Kunto Hendrapawoko menyampaikan, untuk memperkuat portofolio bisnis emas, ANTM sedang melakukan penjajakan beberapa peluang bisnis dari hulu ke hilir.
Di sisi hulu, saat ini ANTM tengah aktif melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan seperti di Pongkor. Selain itu, ANTM juga melakukan tinjauan di beberapa daerah prospek seperti di wilayah Pegunungan Bintang, Papua dan di Papandayan, Jawa Barat.
"Saat ini, selain mengelola tambang secara organik maupun melalui anak usaha, ANTM juga memiliki beberapa kerja sama pengelolaan tambang emas bersama mitra strategis," kata Kunto.