Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur masih menjadi tumpuan bagi pendapatan domestik bruto (PDB) nasional. Adapun kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional mencapai lebih dari 20%. Dalam dua sampai tiga tahun kedepan berkontribusi industri manufaktur diproyeksikan tumbuh sampai 22%–23% terhadap PDB.
Guna mencapai target tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemperin) menyatakan berupaya untuk mengejar investasi-investasi baru. "Kuncinya ada di investasi. Investasi itu meningkatkan pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi," kata Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, Senin (23/19).
Kemperin mencatat, cabang industri pengolahan non-migas yang mengalami pertumbuhan tertinggi hingga semester I-2017 diraih oleh industri logam sebesar 7,50%. Menyusul industri kimia, farmasi dan obat tradisional 7,38%, industri makanan dan minuman 7,19%, serta industri mesin dan perlengkapan 6,72%.
Memacu hilirisasi
Kemprin mengklaim saat ini terus memacu hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. "Program hilirisasi industri berbasis agro dan tambang mineral telah menghasilkan berbagai produk hilir antara lain turunan kelapa sawit, stainless steel, dan smartphone," kata Airlangga.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia atau The Indonesian Iron and Steel Association (IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan, keberpihakan terhadap industri lokal mulai dirasakan. Selain pangsa pasar yang meningkat, konsumsi baja lokal juga terus naik.
Agar industri lokal semakin berjaya, perlu ada beberapa langkah. Di antaranya optimalisasi program TKDN, penerapan aturan SNI, harga gas kompetitif, menjaga keseimbangan hulu hilir, serta penyesuaian tarif bea masuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News