Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Ketiga, setelah mencapai tingkat produksi tertinggi pada tahun 2022, terjadi koreksi natural pada produksi Perseroan.
“Apalagi, iklim yang lebih kering dan tanaman yang mengalami recovery mengakibatkan koreksi pada produksi,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (12/3).
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta melihat, penurunan kinerja TAPG sangat dipengaruhi oleh faktor El Nino.
“Masalah iklim ini diiringi dengan faktor penurunan permintaan, sehingga terjadi penurunan harga CPO global,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (12/3).
Baca Juga: Produksi TBS Triputra Agro Persada (TAPG) Turun 5% Sepanjang 2023
Di tahun 2024, harga komoditas memang masih fluktuatif, tak terkecuali harga CPO. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi kinerja emiten CPO di tahun 2024.
“Namun, masih akan terjadi peningkatan permintaan selama Ramadan dan Lebaran, sehingga ada peningkatan permintaan dari dalam negeri,” ungkapnya.
Nafan pun merekomendasikan hold untuk TAPG dengan target harga Rp 590 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News