Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini
SIMALUNGUN. Indonesia berpotensi menjadi pusat penyaluran pinjaman dari kelompok Bank Dunia. International Finance Corporation (IFC) menilai Indonesia bakal mengambil porsi penyaluran pinjaman terbesar lantaran besarnya kontribusi komoditi bagi pasar di dunia.
Pada lima tahun mendatang IFC menargetkan penyaluran pinjaman untuk lingkup global mencapai US$ 4 miliar. Khusus sektor agribisnis mencapai US$ 1 miliar khusus pada wilayah Asia Timur dan Pasifik.
Agribusiness Program Manager IFC, Ernest Bethe, memang tidak menyebut secara rinci porsi penyaluran pinjaman di Indonesia. Namun, dia menilai, komoditi yang beragam dan iklim investasi yang kondusif terhadap produk agribisnis akan menjadi keunggulan Indonesia memboyong pinjaman terbesar.
Nantinya, lembaga itu akan memfokuskan penyaluran pinjaman pada komoditi kakao, kopi, dan kelapa sawit. "Pokoknya komoditi yang melibatkan petani kecil," ujarnya, di sela peresmian pusat pelatihan petani kopi di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, Selasa (6/12).
Ketiga komoditi itu tengah menjadi perhatian karena adanya prediksi penurunan harga dunia karena turunnya permintaan. Namun, kata dia, portofolio pinjaman lembaga itu tidak akan terpengaruh tren penurunan harga komoditi jangka pendek.
Sebab, komitmen penyaluran pinjaman lembaga itu terjalin selama kurun waktu 7-10 tahun. "Kalau pendampingan teknis IFC berkomitmen untuk periode 3-5 tahun," katanya.
Tertanggal 30 Juni 2011, IFC mencatatkan portfolio investasi sebesar US$ 5,9 miliar yang merepresentasikan pembiayaan 236 perusahaan di 11 negara. Portfolio agribisnis IFC didominasi kawasan Amerika Latin sebesar 48%. Kawasan Eropa dan Asia Tengah memegang 21% pembiayaan. Selanjutnya Asia Timur memegang porsi sebesar 15%, Asia Selatan sebesar 9%, Afrika sebesar 5%, serta Timur Tengah dan Afrika Utara sebesar 2%.
Kebanyakan, pembiayaan agribisnis IFC tersalurkan pada subsektor makanan lain yang memegang porsi 20%. Diikuti subsektor pengolahan hewan sebesar 18%, gula sebesar 17%, lemak/minyak sayur sebanyak 13%, minuman saebanyak 8%, buah sayuran sebanyak 7%, lain-lain sebesar 7%, padi/penggilingan sebesar 6%, dan produk susu sebanyak 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News