kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.729   7,00   0,04%
  • IDX 8.271   28,68   0,35%
  • KOMPAS100 1.152   2,62   0,23%
  • LQ45 842   0,43   0,05%
  • ISSI 285   -0,27   -0,09%
  • IDX30 443   2,17   0,49%
  • IDXHIDIV20 510   -0,80   -0,16%
  • IDX80 129   0,30   0,23%
  • IDXV30 135   -0,79   -0,58%
  • IDXQ30 141   0,57   0,40%

Waspadai Risiko Oversupply, Proyek PLTSa Harus Diimbangi Peningkatan Konsumsi Listrik


Rabu, 05 November 2025 / 10:34 WIB
Waspadai Risiko Oversupply, Proyek PLTSa Harus Diimbangi Peningkatan Konsumsi Listrik
ILUSTRASI. Peresmian PLTSa dilakukan di Balai Sidang Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/12). Acara dihadiri Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dan Presiden Direktur PT Paiton Energy, Koichiro Miyazaki. Pemerintah tengah mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau waste to energy (WtE) di sejumlah kota besar.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau waste to energy (WtE) di sejumlah kota besar sebagai bagian dari upaya meningkatkan pasokan listrik nasional sekaligus mengurangi timbunan sampah. 

Namun, langkah ini dinilai perlu diimbangi dengan strategi peningkatan konsumsi listrik agar tidak menimbulkan kelebihan pasokan (oversupply).

Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menilai target pemerintah membangun PLTSa di berbagai kota berpotensi menambah kapasitas listrik secara signifikan. 

Baca Juga: Konsumsi Listrik Nasional Semester I 2025 Tembus 98,9% dari Target Tahunan

“Jika sisi permintaan tidak ditingkatkan, bisa muncul risiko oversupply,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/11/2025).

Menurut Abra, pemerintah perlu menyeimbangkan kebijakan pasokan dengan langkah-langkah yang mendorong penyerapan listrik di dalam negeri. 

Salah satu caranya adalah memperkuat sektor industri manufaktur, khususnya yang berbasis rumah tangga, untuk memanfaatkan listrik dari energi baru terbarukan (EBT).

“Pemerintah bisa mendorong lebih banyak industri rumah tangga beralih menggunakan listrik EBT, sehingga konsumsi listrik per kapita meningkat,” jelasnya.

Selain sektor manufaktur, Abra juga menilai percepatan adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dapat menjadi pendorong utama peningkatan permintaan listrik. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Jabarkan 15 Proyek PLTSa, 2 Masuk Tahap Persiapan Lelang

Dengan semakin banyak pabrik EV berdiri dan masyarakat beralih ke kendaraan listrik, konsumsi listrik nasional akan tumbuh secara organik.

Dari sisi ekonomi, Abra mengingatkan bahwa proyek PLTSa memiliki tantangan profitabilitas karena biaya investasi yang relatif tinggi selama masa pembangunan. Meski begitu, ia menilai manfaat proyek tersebut tidak semata-mata diukur dari keuntungan finansial.

“PLTSa punya nilai tambah sosial dan lingkungan yang besar. Misalnya, mengurangi volume sampah, menekan limbah, serta meminimalkan kebutuhan lahan untuk tempat pembuangan akhir,” kata Abra.

Baca Juga: Ekonom Indef: Proyek PLTSa Belum Profitabel Tanpa Dukungan Pemerintah

Karena itu, menurutnya, jika manfaat sosial dan lingkungan dari proyek PLTSa dianggap strategis dan mendesak, maka pemberian stimulus fiskal atau dukungan kebijakan dari pemerintah menjadi relevan.

“Stimulus itu penting jika proyek PLTSa dilihat bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga dari urgensi keberlanjutannya,” pungkas Abra.

Selanjutnya: Gandeng 32 Penenun, BCA Gelar Pelatihan Wastra Alami

Menarik Dibaca: Karyawan Kontrak Bisa Punya Rumah? Ini 2 Program KPR Subsidi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×