Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) berusaha mempertahankan diri sebagai pemimpin pangsa pasar di produk susu UHT. Produsen susu Ultra ini melihat prospek bisnis susu masih tetap menguat di Indonesia dalam masa mendatang.
Menurut Sabana Prawirawidjaja, Presiden Direktur ULTJ mengatakan bahwa di segmen susu UHT, Ultrajaya mampu menguasai pangsa pasar 39,3% di Indonesia. Sedangkan untuk produk teh kemasan karton, ULTJ juga memimpin pangsa pasar hingga 77,3% dari seluruh pasar kategori tersebut di tingkat domestik.
Menurut pemaparan Ultrajaya, konsumsi susu per kapita di Indonesia masih berkisar 14,6 liter per tahun. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan negara-negara Asean lainnya yang sudah di atas 20 liter per liter per kapita. Sementara itu saat ini pemain yang memasuki segmen ini ditingkat nasional semakin banyak.
"Paling tidak saat ini sudah ada 70 pabrikan (susu UHT) di dalam negeri. Kami senang karena dengan semakin banyaknya investor yang masuk ke bidang ini, maka kue dari bisnis ini juga akan turut membesar," urai Sabana saat paparan publik Ultrajaya, Kamis (10/12).
Baca Juga: Neraca kokoh, Ultrajaya (ULTJ) menerbitkan MTN total Rp 3 triliun
Ultrajaya pun akan berupaya tetap memenangkan kompetisi di pasaran. Sabana optimistis, saat pasar susu UHT membesar maka ULTJ akan punya peluang untuk memperlebar penjualan. "Karena yang akan memenangkan pasar ialah yang mampu menawarkan produk berkualitas. Jadi kami akan terus jaga performance kami, perusahaan punya efisiensi tinggi dan kualitas produk baik," ujar dia.
Meskipun di tengah pandemi ini berdampak bagi bisnis secara keseluruhan, penjualan susu UHT Ultrajaya masih mampu tumbuh di kuartal ketiga tahun 2020 ini. Berkaca pada laporan keuangan ULTJ, untuk segmen bisnis susu UHT hingga kuartal ketiga tercatat senilai Rp 3,26 triliun atau naik 1% secara tahunan.
Sedangkan pelemahan penjualan terjadi di segmen teh kemasan karton. Penjualan hingga kuartal ketiga tahun ini hanya Rp 864 miliar atau turun 15,4% secara tahunan. Beruntung segmen bisnis lain-lain yang terdiri dari berbagai produk seperti krimer dan jus buah tercatat tumbuh 2,6% secara tahunan menjadi Rp 328 miliar.
Baca Juga: Terbitkan MTN Rp 3 triliun, Pefindo beri peringkat Ultrajaya Milk (ULTJ) idAA-
Sehingga total pendapatan bersih Ultrajaya hingga kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp 4,45 triliun atau turun 2,9% secara tahunan. Menurut manajemen ULTJ, penjualan terkontraksi akibat pelemahan pasar di masa pandemi Covid-19 ini, khususnya di lini segmen teh kemasan karton.
Apalagi perusahaan barang konsumsi ini juga tidak menaikkan harga produk di tahun 2020 ini. "Meski margin sedikit di bawah tahun lalu, tapi biaya-biaya telah kami kendalikan sehingga bottom line kami di kuartal ketiga ini mampu tumbuh positif," sebut Sabana.
Tercatat laba bersih ULTJ di kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp 973,71 miliar atau naik 19,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 814,31 miliar. Sabana enggan merinci besaran target di tahun ini dan di tahun depan.
"Yang jelas kami akan berupaya mempertahankan kinerja. Harapannya jika pandemi berakhir di tahun depan, kami bisa berkinerja lebih baik lagi di masa mendatang," sebut Sabana. Adapun beberapa fokus Ultrajaya di masa mendatang mulai dari memaksimalkan distribusi dan memperluas jangkauannya di luar pulau Jawa.
Baca Juga: Laba Ultrajaya Milk Industry (ULTJ) tumbuh 45,27% pada kuartal I 2020
Di Jawa, produsen Teh Kotak ini setidaknya memiliki 22 cabang dengan 65.000 titik penjualan yang akan digenjot penetrasinya ke berbagai pedagang eceran modern dan tradisional. Sedangkan di luar pulau Jawa, ULTJ akan mendorong 61 distributornya untuk menjangkau berbagai pelanggan di penjuru nusantara.
Terkait aksi korporasi di tahun ini, perusahaan telah menerbitkan medium term notes (MTN) senilai Rp 3 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung pengembangan peternakan sapi perah perseroan serta investasi baru seperti pembangunan gudang untuk distribusi dan mesin pabrik.
Baca Juga: Bisnis Susu Kian Nikmat Kala Pandemi Covid-19 Masih Merajalela
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News