kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UMKM Indonesia yang go digital masih minim karena pendampingan kurang


Selasa, 12 Februari 2019 / 12:32 WIB
UMKM Indonesia yang go digital masih minim karena pendampingan kurang


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Upaya menjadikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu pilar dan tonggak ekonomi Indonesia perlu dukungan maksimal dari pemeritah.

Salah satunya adalah dengan mendorong pelaku UMKM terlibat aktif dalam digitalisasi yang saat ini tengah melesat. Sejauh ini, UMKM belum maksimal menggarap peluang tersebut. Hal itu terlihat dengan minimnya pelaku UMKM yang go digital.

Hal itu ditegaskan Pengamat ekonomi digital yang juga CEO PT Duta Sukses Dunia, Yudi Candra saat berbincang santai dengan Wartawan, di Jakarta, Selasa, (12/2).

Menurutnya, hingga akhir tahun 2018  jumlah usaha mikro sebanyak 58,91 juta unit, usaha kecil 59.260 unit dan usaha besar 4.987unit. Namun begitu yang sudah go digital baru 5% saja. Sisanya masih sangat konvensional dalam pengembangan usahanya.

“Kalau di Amerika sudah 90%  yang sudah go digital, Indonesia baru sekitar 5% saja,” tegas Yudi.

Sejatinya menurut Yudi, ada beberapa faktor yang menyebabkan UMKM Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan usaha. Antara lain masalah permodalan, sumber daya manusia (SDM), dan menembus pasar.

“Selain modal, UMKM kita terkendala masalah jaringan pasar. Itulah pentingnya UMKM melek media supaya mampu merambah pasar lebih luas,” ujarnya.

Hanya saja, di tengah hiruk pikuk kemudahan promosi yang bisa dilakukan di media berbasis online seperti media sosial (medsos) kurang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM.”Yang sadar dan tahu melakukan promosi melalui medsos masih sangat minim,” ungkapnya.

Hal itu karena minimnya pendampingan dari pemerintah akan pemahaman tentang digitalisasi, dan potensi media sosial sebagai sarana promosi.

“Masih sangat banyak sekali pelaku usaha yang belum membuat medsos, bahkan tidak sedikit pula yang sudah punya hanya saja tidak bisa mengoperasikan karena dibuatkan orang. Lantas bagaimana mereka bisa mempromosikan produknya kalau tidak punya akun atau tidak mengoperasikan medsos,” paparnya.

Meski, saat ini ada pendampingan dari pemerintah atau dari swasta maupun BUMN hanya saja lebih banyak asas kepentingannya. Contohnya saja pemerintah bikin program pendampingan hanya sebatas program, swasta atau BUMN membuat seminar karena punya kepentingan untuk target bisnisnya.

“UMKM kita itu sudah lama berjalan secara liar, meski ada pendampingan tidak maksimal,” tandasnya.

Untuk itu, harapan kita pemerintah step by step mulai memberikan perhatian lebih terhadap UMKM nasional guna mendongkrak ekonomi nasional dan terlebih mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat luas. “UMKM butuh perhatian lebih, bukan dibiarkan liar jalan sendiri-sendiri,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×