Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trisula International Tbk (TRIS) menyiapkan sejumlah strategi bisnis untuk menghadapi tantangan di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang kemungkinan akan berlanjut pada 2025 mendatang.
Widjaja Djohan, Direktur Utama Trisula International mengatakan, industri TPT menghadapi tantangan berat berupa kenaikan Upah Mininum Provinsi (UMP) 6,5%, kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12%, dan kenaikan biaya bahan baku lokal maupun impor.
Baca Juga: Pemegang Saham Pengendali Jual 314 Juta Saham di Trisula (TRIS), Ini Tujuannya
Walau begitu, TRIS menyadari bahwa kenaikan biaya dan pajak seperti itu bukan hal baru bagi perusahaan.
"Kondisi ini dialami oleh berbagai sektor industri, sehingga tinggal bagaimana perusahaan dalam mengelola biaya dengan baik dan tetap memberikan hasik yang optimal," ujar dia, akhir pekan lalu.
Manajemen TRIS belum mengungkapkan target penjualan dan laba bersih pada 2025 nanti. Terlepas dari itu, ke depannya TRIS akan fokus pada optimalisasi operasional sebagai langkah pembuktian kemampuan adaptasi dan daya saing perusahaan di pasar.
Salah satu strategi bisnis TRIS adalah memperkuat merek JOBB dan Jack Nicklaus dengan terus melakukan ekspansi titik-titik penjualannya. Tahun ini, TRIS melalui anak usahanya, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) berfokus pada ekspansi Point of Sales (POS) untuk merek JOBB dan Jack Nicklaus.
Baca Juga: TRIS Mengubah Tantangan Menjadi Peluang Melalui Kompetensi, Teknologi dan Inovasi
TRIS Chart by TradingView
Ekspansi ini bertujuan untuk memperkuat jangkauan merek dan memudahkan akses pelanggan terhadap produk-produk unggulan JOBB dan Jack Nicklaus. Dengan penambahan POS, diharapkan terjadi peningkatan penjualan dan brand awareness, khususnya di segmen pasar ritel.
"Ekspansi ini juga merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk memperluas pangsa pasar dan mempertahankan posisi kompetitif BELL di industri fashion dan ritel," ungkap Widjaja.
Selain itu, TRIS berusaha memanfaatkan sinergi yang terintegrasi di dalam ekosistem bisnis perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Di dalam ekosistem bisnis Trisula Group, setiap anak usaha memiliki keahlian khusus di bidangnya masing-masing.
Dalam hal ini, PT Trisula Textile Industries Tbk unggul dalam produksi tekstil berkualitas tinggi dengan fungsi tertentu dan memegang kendali atas pasar lokal melalui merek pakaian ritel seperti JOBB dan Jack Nicklaus, yang akan memperkuat posisi TRIS di pasar domestik.
Sementara itu, PT Trisco Tailored Apparel Manufacturing mengkhususkan diri dalam produksi jas, seragam, dan pakaian functional, sementara PT Trimas Sarana Garment Industry fokus pada produksi pakaian olahraga dan celana casual.
Baca Juga: Trisula International (TRIS) Ingin Menjahit Kinerja Positif Sampai Akhir Tahun
Keahlian masing-masing anak usaha ini memungkinkan TRIS untuk menghasilkan berbagai produk berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar di segmen tekstil dan garmen.
Dengan adanya ekosistem bisnis yang terintegrasi, hal ini akan memungkinkan TRIS untuk mengurangi biaya operasional secara signifikan, sehingga pada akhirnya mendukung peningkatan margin keuntungan.
Strategi kunci lainnya adalah memperluas cakupan penjualan ekspor. TRIS akan terus menjaga layanan terhadap pelanggan-pelanggan existing agar menjadi pelanggan yang sticky serta mencari peluang pelanggan-pelanggan baru, baik di pasar lokal maupun global.
Khusus pasar ekspor, TRIS diklaim memiliki uniqness, pasar yang sudah terdiversifikasi, kemampuan respons cepat, dan customized order. Hal ini lah yang juga menjadi keunggulan bagi TRIS untuk bisa terus meraih pertumbuhan penjualan di pasar ekspor.
Baca Juga: Optimistis Capai Target 2024, Ini Strategi Trisula International (TRIS) di Sisa Tahun
Tak ketinggalan, TRIS juga terus menjaga kinerja keuangan yang sehat dengan rasio hutang atau debt to equity ratio (DER) kurang dari 1 serta menjaga kinerja operasional yang efisien dari hulu ke hilir.
"Perusahaan aktif melakukan pembelian mesin-mesin baru dan modern untuk menopang level produksi yang optimal," tandas Widjaja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News