Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan perusahaan rintisan di Tanah Air telah berkembang kurang lebih tujuh tahun terakhir. Mempertimbangkan kondisi pasar dan krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 saat ini, para unicorn berbondong-bondong lebih memilih untuk mempersiapkan rencana initial public offering (IPO) secara matang sebelum benar-benar melantai di bursa.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, pandemi saat ini membuat para startup, terutama yang masih kecil, semakin goyah. Tak sedikit pula yang sudah memotong jumlah karyawan demi bisa survive. Menurutnya, banyak perusahaan startup yang sebelum pandemi saja sudah goyah.
"Jadi, untuk bertahan ini agak berat karena persaingan yang tajam, kompetitornya juga mungkin punya modal yang lebih kuat. Di sisi lain juga masih banyak yang bakar uang," jelas Heru kepada kontan.co.id, Jumat (23/10).
Baca Juga: Soho Global Health (SOHO) memperkuat bisnis distribusi
Heru juga tak menampik bahwa ada sejumlah perusahaan rintisan yang justru mendapat berkah di tengah bencana covid-19 ini. "Memang ada beberapa startup bahkan unicorn yang mungkin di era pandemi ini semakin bersinar, misalnya e-commerce. Artinya, memang orang membutuhkan layanan tersebut," katanya.
Namun, bicara soal IPO unicorn, Heru tidak menyarankan untuk mengeksekusi rencana tersebut di tengah pandemi covid-19. Menurutnya, investasi yang menarik selama pandemi ini ialah instrumen-instrumen pemerintah seperti Obligasi Negara Ritel (ORI), surat utang negara atau yang ke depannya ada kepastian. "IPO memang berat karena betapapun masyarakat bingung memilih unicorn yang akan bertahan ke depannya. Mungkin kalau kesehatan, masih ada harapan. Orang investasi kan tidak bisa setahun-dua tahun, tapi mungkin lima tahun ke depan prospeknya seperti apa," jelasnya.
Heru menekankan bahwa tak menutup kemungkinan IPO bisa dilakukan oleh unicorn dengan kinerja positif misal e-commerce. Namun, hal itu bergantung pada daya beli investor. Jika golnya bursa luar negeri, peluangnya lebih besar karena suku bunga tabungan yang nol membuat orang mengalokasikan uang kepada investasi saham.
"E-commerce kan secara presentasi transaksinya meningkat, nilai juga meningkat sehingga kalau mereka IPO, ya mungkin sambutannya juga cukup bagus. Cuma mengincarnya seperti apa. Kalau mencoba incar investor luar, mungkin bisa IPO karena sekarang ini misal di Eropa kalau simpan tabungan, suku bunga nol. Sudahlah investasi saja," ujar Heru.
Baca Juga: Volume penjualan Semen Baturaja (SMBR) naik 18% di bulan September 2020
Meski begitu, Heru menyebut, ketimbang ekspansi untuk IPO, Heru lebih menyarankan para startup ataupun unicorn untuk bertahan dalam satu-dua tahun ke depan karena kondisi saat ini masih sangat menantang. "Saya sepakat bahwa 2020-2021 ini adalah tahun untuk lebih bertahan dibanding untuk ekspansi," ungkap Heru.
Selanjutnya: Perkuat portofolio emas, Antam (ANTM) jajaki peluang bisnis hulu hingga hilir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News