Reporter: Annisa Heriyanti | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan ritel dan produk konsumer kini mulai mengarahkan perhatian ke pasar milineal. Salah satu upaya untuk bisa mendongkrak pasar adalah dengan cara pemasaran dan penjualan lewat online.
Ambil contoh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Menurut Eka Sugiarto, Head of Media Unilever Indonesia, pihaknya sudah menjajakan beragam produk ke sejumlah situs belanja. Meski tidak merinci nama situs belanja yang sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan tersebut, Eka memastikan bila nilai penjualan produk Unilever secara online menandak. Tahun lalu saja, ia mencatat ada 25 juta orang belanja produk Unilever. Tahun ini ia proyeksi bisa menjadi 35 juta orang. Tapi, ia tidak merinci besaran nilai penjualan online.
Selain penjualan ke online, Unilever juga gencar berpromosi dengan menyesuaikan target pasar. Salah satunya ke generasi milenial yang saat ini berjumlah 84 juta di Indonesia. Eka mengambil contoh untuk produk Pepsodent, dalam promosi ada salah satu item yang khusus menyasar segmen kaum muda tersebut. "Jadi kami harus mengambil strategi yang pas di segmen tersebut," katanya kepada KONTAN, usai Artprenuer Talk 2018: Bidik Generasi Milenial, Rabu (14/2).
Menurutnya, hasil penjualan online termasuk positif. Tanpa merinci, kontribusi penjualan online naik signifikan. Meski begitu, perusahaan ini masih mengandalkan penjualan secara offline yang tersebar di sejumlah peritel modern hingga tradisional.
Sebagai upaya untuk menggeber pertumbuhan bisnis, Unilever juga berencana menambah merek anyar lagi pada tahun ini. Seperti biasa, perusahaan asal Belanda ini masih menutup rapat informasi merek baru tersebut.
Sayang, Eka tidak merinci target bisnis Unilever sampai akhir tahun ini. Adapun tahun lalu, perusahaan ini cuma mencatat pertumbuhan bisnis single digit (lihat tabel).
Sedangkan perusahaan ritel Goods Dept juga tidak mau kalah dalam upaya menjaring pasar digital yang menjadi mainan kaum milineal.
Menurut Anton Wirjono, Founder of The Goods Dept, pihaknya memang harus berbenah dan berubah menghadapi kemauan dari kaum milineal. Kalau biasanya ia baru mengeluarkan tren atau model fesyen anyar saban tiga bulan sekali, kini hitungannya minimal sudah satu minggu sekali.
Ini akibat kebiasaan kaum milineal yang kerap selfie dan mejeng diri di media sosial. "Jadi ngga mungkin mereka pakai baju yang itu-itu saja, inilah yang membuat mereka terus berburu produk fesyen," katanya ke KONTAN di acara yang sama.
Selain mempercepat mengeluarkan model anyar, Goods Dept juga tidak ketinggalan berdagang online. Ia optimistis, kontribusi pendapatan online tahun ini bakal meningkat menjadi 25% ketimbang tahun lalu yang masih 10% dari total pendapatan.
Meski begitu Anton tidak melupakan roh bisnis perusahaan ini, yakni ritel offline. Ia menargetkan bakal menambah antara tiga sampai empat gerai lagi sepanjang tahun ini. Maklum, kontribusi pendapatan dari gerai offline masih besar bisa mencapai 95%.
Apalagi dalam gerai Goods Dept juga ada kafe yang bertujuan bisa menambah pundi-pundi pendapatan ke kocek Goods Dept.
Untuk sementara, Anton tidak merinci besaran modal yang diperlukan untuk menambah gerai offline. Ia cuma bilang, pihaknya harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
Lewat aksi ini, Anton berharap pertumbuhan bisnis Goods Dept sama dengan periode 2016 sampai 2017 yakni mencapai dobel digit. Supaya target bisa tercapai tanpa hambatan, ia bakal terus gencar promosi produk Goods Dept di media sosial yang jadi makanan milenial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News