kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai RUPSLB, Inti Bangun Sejahtera enggan bicara soal bisnis


Senin, 14 Oktober 2019 / 20:44 WIB
Usai RUPSLB, Inti Bangun Sejahtera enggan bicara soal bisnis
ILUSTRASI. Inti Bangun Sejahtera (IBS) Target Pendapatan Tahun 2018 Rp 1,1 T


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Emiten yang bergerak dalam jasa penyewaan dan pemeliharaan menara telekomunikasi, PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Plaza Timor Building, Jakarta Pusat, Senin (14/10).

Dalam kegiatan tersebut, IBST meminta persetujuan pemegang saham untuk menyesuaikan anggaran dasar sesuai dengan peraturan KBLI 2017.

Baca Juga: Perusahaan tower agresif memperluas jaringan

KBLI 2017 sendiri merupakan salah satu syarat penyesuain perizinan usaha melalui sistem single online submission (OSS).

"OSS ini nantinya mengambil data kami dari Kementerian Hukum dan HAM. Agar data kami dapat diakses oleh lembaga terkait, maka kami harus menyesuaikan dengan KBLI 2017. Jadi bisa tersambung begitu," jelas Rendra Wardana, Corporate Legal Manager IBST kepada Kontan, Senin (14/10).

Rapat yang berlangsung kurang dari satu jam tersebut, lanjut Rendra, hanya melaksanakan himbauan dari Kementerian Perekonomian dan OSS untuk menyesuaikan anggaran dasar, maksud dan tujuan perusahaan dengan ketentuan KBLI 2017.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur IBST, Andrie Tjio, enggan memberikan update kinerja bisnis perseroan pada kuartal III 2019.

Sementara itu, berdasarkan catatan Kontan sebelumnya, tahun ini IBST berencana membangun 600 sampai 800 unit tower. Pada 2018, perusahaan ini membangun kurang lebih 5.059 unit tower dengan 6.954 tenant.

Baca Juga: Kuartal I-2018, Inti Bangun serap belanja modal Rp 520 miliar

Untuk melancarkan strateginya, perusahaan menyiapkan modal sebesar hampir Rp1 triliunyang diambil dari laba ditahan 2018 serta fasilitas pinjaman perbankan.

Pada 2018, mayoritas penyewa menara sebesar 72,73% berasal dari operator telekomunikasi Smartfren.

"Untuk kali ini, data penyewa, realisasi menara dan lain-lain harus mengecek ke bagian operasional dulu," tutup Andrie saat ditemui di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×