Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Direktur Vale Indonesia, Bernardus Irmanto menegaskan, urgensi ESG sangat penting karena INCO percaya bahwa industri pertambangan sangat penting untuk mendukung masa depan peradaban manusia yang lebih baik. Menurutnya, kegiatan dan proses penambangan harus juga mempertimbangkan kesinambungan dan keberlanjutan masa depan.
"Kita tidak boleh hanya mencari keuntungan jangka pendek dan mengorbankan kepentingan jangka panjang. How we mine is equally if not more important than what we mine. " jelasnya.
Bernardus menegaskan, keputusan menggunakan energi bersih di smelter tidak didorong karena alasan ekonomis belaka, tetapi INCO adalah perusahaan yang konsisten dalam menerapkan ESG. Tak hanya pada penerapan operasional ramah lingkungan, dari sisi komitmen terhadap Paris Agreement Vale Indonesia terus melakukan reklamasi pasca tambang serta pembibitan.
Di atas lahan seluas 2,5 ha di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan menghasilkan sebanyak 700.000 bibit per tahun untuk merehabilitasi 100 hektar area pasca tambang. Data per September 2021 total lahan yang sudah direklamasi mencapai 3.301 hektar.
INCO juga melakukan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan program penanaman tanaman jenis kayu-kayuan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di luar wilayah Kontrak Karya Vale Indonesia. Tujuannya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi DAS sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
Saat ini rehabilitasi DAS dilakukan di 13 kabupaten dan 51 desa dengan luas 10.000 hektar tersebar di Luwu Timur seluas 1.490 hektar, Luwu dan Luwu Utara seluas 1.996 hektar, Tana Toraja seluas 1.190 hektar, Toraja Utara, Enrekang dan Pinrang seluas 979 hektar, Bone seluas 1.735 hektar, Soppeng dan Gowa seluas 1.135 hektar, Barru, Maros, Gowa dan Takalar seluas 1.475 hektar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News