Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona (Covid-19) telah membuat pelambatan perekonomian regional dan global. Imbasnya, terjadi penurunan pada harga komoditas tambang, termasuk nikel. Meski begitu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengklaim masih mampu mencatatkan kinerja positif pada periode kuartal-I 2020.
Menurut Deputy CEO Vale Indonesia Febriany Eddy, hal tersebut tercermin pada realisasi target produksi kuartal I-2020 sebanyak 17.614 ton nikel dalam matte. Febriany menyebut, sejauh ini dampak dari pandemi corona masih dapat dikendalikan sehingga INCO dapat terus beroperasi dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
"Di tengah masalah pandemi Covid-19, hasil produksi kuartal I/2020 INCO lebih tinggi 35% dibanding volume produksi kuartal I-2019. INCO yang didukung para kontraktor masih dapat menjalankan operasional dengan aman sesuai target sehingga mampu menghasilkan volume produksi yang baik," ungkapnya dalam pesan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (26/4).
Baca Juga: Kementerian ESDM terbitkan regulasi harga patokan untuk tata niaga nikel domestik
Febriany menjelaskan, perjanjian penjualan jangka panjang antara INCO dengan konsumennya di Jepang dan Kanada ialah membeli produk nikel dalam matte yang dihasilkan INCO dengan bersifat harus diambil. Hal itu meminimalisir dampak melemahnya permintaan nikel karena pandemi.
“Sampai saat ini, faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan lebih pada harga nikel yang terkoreksi yang mempengaruhi pendapatan. Namun di lain sisi biaya produksi membaik karena harga minyakyang lebih rendah,” jelas Febriany.
Ia bilang, sampai saat ini INCO masih menjalankan operasionalnya sesuai target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020. Yakni dengan mempertahankan angka produksi seperti tahun 2019 yakni 71.000 ton.
"Meski demikian, INCO tetap memperhatikan kondisi aktual di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung yang belum dapat diprediksi kapan berakhirnya," kata Febriany.
Salah satunya dengan menyiapkan perencanaan keberlangsungan bisnis untuk mengantisipasi dampak yang lebih serius terhadap operasional bila pandemi terjadi berkepanjangan. Perencanaan dibuat dengan mempertimbangkan juga tingkat penyebaran Covid-19, ketersediaan tenaga kerja dan faktor-faktor non-teknis lainnya.
“Perusahaan tentu akan selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan operasional," tambah Febriany.
Skenario shutdown
Sampai saat ini, kata Febriany, INCO juga masih dapat menjaga agar lini produksi terutama operasi tambang dan smelter tetap berjalan. Namun jika dampak pandemi telah membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja, INCO telah menyiapkan skenario pengurangan produksi, bahkan penghentian operasi (shutdown).
Kendati begitu, Febriany menyatakan bahwa pihaknya menyadari keputusan pengurangan produksi atau shutdown ini nantinya bukanlah suatu keputusan yang mudah karena operasi INCO di Sorowako masih sangat berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi setempat.
"Sehingga INCO mempunyai tanggung jawab sosial untuk terus beroperasi dengan aman. Selain dari upaya-upaya INCO, sangat penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk senantiasa menjalankan upaya-upaya pencegahan penyebaran virus bersama-sama dengan INCO. Upaya sepihak saja tidak akan berhasil,” ujarnya.
Baca Juga: Belum terdampak corona, Vale (INCO) tetap akan produksi 71.000 ton nikel tahun ini