Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bila tetap ingin dilirik investor, kawasan industri di dalam negeri harus segera berbenah. Soalnya, demi menarik minat investor, mulai banyak pebisnis kawasan industri di negara tetangga yang menawarkan insentif untuk menarik minat pebisnis. Salah satunya adalah Vietnam.
Menurut Sanny Iskandar, Ketua Himpunan Kawasan Industri, pemerintah Vietnam memberikan insentif bagi investor yang berinvestasi di kawasan industri di sana. Misalnya, mempermudah pengurusan perizinan atau keringanan pajak.
Selain itu, hak mengelola lahan industri di Vietman bisa sampai 100 tahun. "Sedangkan di Indonesia cuma sampai 30 tahun," katanya kepada KONTAN, Senin (26/9).
Kelebihan Vietnam lain adalah, meski upah lebih rendah, para pekerja diklaim lebih produktif dibandingkan Indonesia. Selain itu, infrastruktur lahan industri di Indonesia juga masih belum optimal.
Para pebisnis kawasan industri juga mengamini kelemahan tersebut. Menurut Erlin Budiman, Hubungan Investor PT Surya Semesta Internusa Tbk, harga tanah di Vietnam juga lebih murah dari Indonesia. Namun ia tidak merinci besarannya.
Tondy Suwanto, Direktur Puradelta Lestari, bilangĀ soal insentif lahan industri antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak kompak. "Contoh saja BPHTB yang ditetapkan pemerintah 2,5%, tapi daerah masih memungut 5%," kata Tondy keĀ KONTAN.
Meski begitu Tondy menolak bila pasar lahan industri di Indonesia masih kalah dengan Vietnam. Berkaca hasil yang ada di Kota Deltamas, saat ini kawasan industri yang dikelola Puradelta Lestari sekitar 70%-80% pemakai areal kawasan industri perusahaan ini justru berasal dari luar negeri, khususnya Asia Timur.
Makanya, untuk memperbesar pendapatan, Puradelta memperkuat jaringan demi memperluas pasar di Asia Timur. Pebisnis lain juga melakukan hal serupa.
Dalam catatan KONTAN, salah satu pemain kawasan industri Bumi Citra Permai juga akan memperkuat penjualan dengan menggenjot promosi ke luar negeri seperti ke China, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
Surya Semesta juga menyebut kebanyakan penghuni kawasan pergudangan mereka adalah investor asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News