Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman penyebaran virus corona masih mengintai keberlangsungan kegiatan bisnis di beberapa industri. Meski begitu, wabah virus yang menyerupai SARS tersebut diyakini belum akan mengganggu industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja tidak memungkiri bahwa saat ini sebagian kebutuhan baku seperti misalnya dyestuf atawa obat celup memang diperoleh secara impor dari China. Maklum saja, bahan baku ini memang belum produksi di dalam negeri.
Baca Juga: Virus corona bisa dorong permintaan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri
Jumlah yang diimpor pun tidak sedikit, yakni mencapai 70% dari total kebutuhan dyestuff dalam negeri. Maklum saja, dyestuf yang diproduksi China memang relatif lebih murah dengan rata-rata selisih harga sekitar 10%, bergantung pada jenisnya.
Meski begitu, Jemmy cukup optimistis bahwa kegiatan produksi industri TPT masih bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pasalnya, ia memperkirakan kegiatan ekspor-impor di China sudah akan kembali normal pada tanggal 24 Februari 2020 mendatang.
Proyeksi ini didasarkan pada informasi yang ia peroleh dari beberapa pelaku usaha TPT di China. “Aktivitas industrinya sudah mulai berjalan sejak hari ini, Senin (10/02), kegiatan ekspor-impornya kira-kira akan efektif mulai 24 Februari nanti,” kata Jemmy ketika dihubungi oleh Kontan.co.id.
Di sisi lain, stok persediaan dyestuff di dalam negeri juga diyakini masih mencukupi. Menurut catatan Jemmy, stok persediaan dyestuf yang tersebar di antara trader dalam negeri diperkirakan masih bisa menunjang kegiatan produksi industri TPT hingga 3 bulan ke depan.