kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MIPI bantah itik impor terkontaminasi virus H5N1


Rabu, 12 Desember 2012 / 15:48 WIB
MIPI bantah itik impor terkontaminasi virus H5N1
ILUSTRASI. Mullah Baradar Akhund, seorang pejabat senior Taliban, duduk bersama sekelompok pria, membuat pernyataan video, dalam gambar diam yang diambil dari video yang direkam di lokasi tak dikenal dan dirilis pada 16 Agustus 2021.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) menyatakan, wabah flu burung atau avian influenza (H5N1) yang menyerang itik di Indonesia disebabkan oleh virus yang berkembang di Indonesia. MIPI membantah, ada virus H45N1 yang dibawa oleh itik impor ke dalam negeri.

Desianto Budi Utomo, Ketua MIPI yang juga perwakilan dari PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk menyatakan, impor unggas ke Indonesia sudah higienis dan hanya untuk grand parent stock (GPS), parent stock (PS) dan bibit ayam yang akan menghasilkan anak ayam (day old chicken/DOC). Impor unggas itu datang dari Amerika Serikat dan Eropa.

"Justru unggas yang berasal dari sinilah (unggas lokal) yang terkena penyakit," kata Desianto,  di Jakarta, Rabu (12/12). Desianto berdalih, impor unggas termasuk itik yang selama ini terjadi masih masuk kategori higinies alias sehat.

Menurutnya, virus H5N! merupakan jenis virus labil yaitu yang sebelumnya tidak berbahaya, tiba-tiba berubah dan bisa mematikan untuk unggas air yang dulunya kebal terhadap virus flu burung. Sebab, genetik virus itu berubah makanya menjadi lebih rentan.

Kementerian Pertanian mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dikeluarkan pada 6 Desember lalu. Dalam surat edaran itu menyatakan, telah ditemukan highly pathogenic avian influenza (HPAI) subtipe H5N1 dengan clade 2.3 sub clade 2.3.2.

Clade 2.3 ini, merupakan yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Kementan menyebutkan, ada kemungkinan hal itu terjadi karena ada mutasi genetic shift dari virus sebelumnya, termasuk dari itik impor ilegal atau migrasi burung liar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×