Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kuota impor sebesar 328.000 ton gula kristal putih (GKP) yang diberikan pemerintah kepada Perum Bulog sebagai iron stock nampaknya sulit direalisasikan. Jangka waktu pelaksanaan impor yang terlalu mepet yakni hanya satu bulan menjadi faktor utama Bulog melakukan pembelian.
Sutarto Alimoeso Direktur Utama Bulog mengatakan, dengan waktu yang tersisa ini pelaksanaan pembelian impor gula hanya dapat dilakukan di pasar spot bukan future. "Ya pasti spot, mana ada (futures) kecuali kita sudah ditunjuk, tahun depan impor sekian," ujar Sutarto, Senin (21/4).
Meski enggan merinci, namun Sutarto bilang saat ini pihaknya sudah mendapat deal pembelian gula. Sekedar informasi, untuk impor gula tersebut Sutarto bilang dana yang disiapkan mencapai Rp lebih dari 2,5 triliun.
Gula yang diimpor tersebut akan dipasarkan ke beberapa daerah tergantung dengan permintaan. Dari beberapa pelabuhan yang ada, Sutarto bilang pemasukan gula akan dilakukan seperti di Belawan Medan, dan Jakarta.
Sutarto menambahkan pembelian dan penjualan gula yang dilakukan oleh Bulog ini sifatnya adalah bisnis. Oleh sebab itu, harga gula yang akan dijual harus menguntungkan dari sisi perusahaan. Pedoman yang digunakan untuk menjual gula tersebut adalah harga gula dunia sehingga dapat bersaing dengan harga gula di dalam negeri.
Impor gula yang dilakukan oleh Bulog tersebut merupakan tindak lanjut dari surat persetujuan impor (SPI) GKP yang diberikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) kepada Bulog untuk menjaga stabilitas harga gula dalam negeri.
SPI yang diberikan Kemendag tersebut berlaku hanya untuk jangka waktu 1 April-15 Mei 2014 mendatang. Pemberian SPI impor GKP tersebut juga merupakan bagian dari kebijakan pemerintah agar Bulog dapat menguasai cadangan stok gula sebanyak 350.000 ton untuk tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News