Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan lahan industri selama sembilan bulan pertama masih sepi. Total traksasi para pengembang kawasan industri masih jauh dari target mereka. Namun, disisi lain jumlah permintaan masih terus mengalami permintaan.
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) misalnya baru berhasil mencatatkan penjualan lahan seluas 8,1 hektare (ha) dengan nilai marketing sales Rp 250 miliar. Capaian itu masih jauh dari target perusahaan yang ditetapkan sekitar 35-45 ha tahun ini.
Penjualan lahan tersebut dilakukan ke beberapa perusahaan yang bergerak di sektor metal, otomotif, dan lain-lain. Perusahaan tersebut ada dari lokal dan ada pula yang berasal dari Jepang.
Menurut Seri, Investor Relation BEST, permintaan akan lahan di Kawasan Industri MM2100 Bekasi masih sangat besar. Total penyataan minat alias inquiry yang ditangani perseroan mencapai 85 ha saat ini. "Investor menahan diri untuk melakukan keputusan karena dipengaruhi banyak faktor seperti kurs, kondisi global, dan faktor ekonomi," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (15/10).
Adapun permintaan yang datang ke MM2100 berasal dari beberapa sektor seperti konsumer, logistik, otomotif dan farmasi. Mayoritas permintaan itu datang dari perusahaan lokal dan dari Jepang. Sebagian kecil lagi berasal dari negara lain di Asia dan Eropa.
Dengan masih banyaknya minat pembelian lahan yang ditangani, Bekasi Fajar masih akan berusaha untuk mengejar target marketing sales sekitar 26 ha- 36 ha lagi selama kuartal IV ini.
PT Modern Industrial Estat juga menghadapi inquiry yang cukup besar saat ini yakni 90 ha di klaster industri halal bertajuk Modern Halal Valley yang baru dirilis di Modern Cikande Industrial Estate (MCIE) baru-baru ini. Sementara di kawasan industri konvensionalnya, ada permintaan sekitar 30 ha lagi.
Pascall Wilson, Direktur Utama PT Modern Industrial Estat mengatakan, saat ini sudah ada inquiry atau pernyataan minat untuk masuk ke kawasan industri halal tersebut dari beberapa perusahaan baik lokal maupun asing.
Menurutnya, inquiry masih besar tetap jumlah transaksi masih rendah karena investor masih menahan diri menunggu tahun politik berakhir dan sambil mencermati perkembangan ekonomi.
Hingga September 2018, penjualan lahan industri MCIE masih masuk lima besar menurut Pascall namun masih dibawah yang diharapkan perusahaan. Modern Cikande membidik penjualan lahan sekitar 50 ha di 2018 ini. "Kami masih berusaha untuk mencapai target marketing sales Rp 1 triliun tahun ini," ujarnya.
Menurut Pascall dalam menjual lahan industri tidak sama seperti jualan properti lainnya. Walaupun peminatnya banyak, butuh proses lama untuk bisa bisa melakukan transaksi karena banyak indikator yang diperharikan para investor untuk memutuskan ekpansi dengan membuka pabrik seperti kondisi ekonomi dan situasi politik.
Adapun PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) tengah mengahadapi inquiry sekitar 100 ha lahan di Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC) yang datang dari berbagai sektor. Oleh karena itu, perusahaan masih optimis bisa mencapai target penjualan lahan sekitar 40 ha tahun ini.
Hanya saja, Tondy Suwanto, Direktur DMAS belum bersedia menyebutkan jumlah penjualan lahan industri mereka hingga akhir September. Sementara sepanjang semester I, Puradelta telah mencatatkan penjualan lahan 21,7 ha. " Kami masih sangat optimis target tercapai tahun ini," kata Tondy.
Sementara Rivan Munansa, Director Industrial and Logistic Services Colliers Indonesia menilai prospek penjualan lahan industri sampai kuartal III masih lesu. Menurutnya kondisi tersebut masih akan berlanjut hingga akhir tahun karena investor masih menahan diri untuk memutuskan melakukan ekspansi karena faktor tahun politik.
Rivan bilang, permintaan pada kuartal III 2018 sebetulnya meningkat dari kuartal sebelumnya. Namun, investor diperkirakan baru akan memutuskan melakukan pembelian lahan setelah tahun politik usai. "Jadi penjualan lahan akan membaik setelah Pilpres. Stimulusnya keadaan politik dan ekonomi akan lebih stabil," kata Rivan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News