Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri waralaba pada tahun ini diperkirakan akan tumbuh sekitar 10% ketimbang tahun sebelumnya. Potensi industri waralaba yang menggandeng pelaku UKM turut dilihat cukup menggiurkan. Salah satunya Tapisi, yang memasarkan produk gorengan khas Indonesia untuk naik kelas.
Levita Supit, Ketua Umum Perhimpunan Waralana dan Lisensi Indonesia (WALI) menyebut saat ini ada lebih dari 2000 merek dagang yang diwaralabakan di Indonesia. Sebanyak 30% merek dagang tersebut berasal dari segmen F&B, sedangkan sisanya berasal dari ritel, jasa dan segmen lainnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini segmen F&B merupakan kontributor pertumbuhan terbesar dengan segmen makanan siap saji dan segmen kopi. Oleh karena itu, dirinya yakin masih akan banyakn pewaralaba yang merintis bisnis di segmen tersebut.
"Kalau prediksi tahun depan di franchise F&B akan tumbuh dan itu tidak hanya di Indonesia saja tetapi di Vietnam dan Korea Selatan juga begitu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12)
Akbar Temmuyin Sani, Founder Tapisi menjelaskan bahwa pihaknya masuk ke segmen waralaba karena ingin merebranding image gorengan Indonesia dengan merevolusi bisnis gerobak. Di luar itu, Ia juga ingin menggerakkan pelaku UKM dengan kemudahan-kemudahan waralaba.
"Sekarang kami sudah punya 78 gerobak mitra dalam kurun sebulan saja. Sementara baru di Jabodetabek dan tahun depan mau sasar luar Jawa, Januari besok kami kirim 10 gerobak ke Bali," ujarnya.
Awalnya Tapisi yang merupakan singkatan dari tahu, pisang dan singkong yang merupakan menu cemilan di restoran miliknya, Hot & Sexy Chicken yang terletak di bilangan Kemayoran. Karena banyaknya permintaan pelanggan untuk mewaralabakan tiga menu cemilan tersebut akhirnya Tapisi mulai diwaralabakan.
"Kalau cari di google makanan paling laris di Indonesia, tahu itu nomor satu. Sedangkan pisang dan singkong itu menempati posisi keempat dan kelima," lanjutnya.
Pemilik restoran Bakso RB, Super Bento, dan Hot & Sexy Chicken ini menyebutkan Tapisi pada tahun depan ditargetkan bisa menjadi raja gorengan di Indonesia dengan lebih dari 1.000 mitra.
Tak hanya domestik, dirinya mengincar bisnis waralabanya bisa merambah ke negeri Jiran Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Untuk investasinya, manajemen menawarkan paket investasi Rp 15 juta yang dapat dicicil selama 2 tahun. Diluar itu, dirinya juga mengatakan tidak ada franchise fee untuk mitra waralabanya. "Tapisi ingin menghidupkan tradisi pedagang gerobak makanan di Indonesia," lanjutnya.
Sebelumnya, Andrew Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menyebut pertumbuhan waralaba sepanjang tahun ini tumbuh 10%. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang hanya naik 5%-6% saja.
"Sumbangan terbesar dari pertumbuhan industri franchise sendiri berasal dari usaha kuliner atau F&B," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News