Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Toll Road (WTR) menjual kepemilikannya di tiga ruas tol yang dimiliki perusahaan lewat PT Waskita Tol Trans Jawa (WTTR) lewat instrumen Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). Total dana yang akan dikantongi dari divestasi tersebut mencapai Rp 5 triliun.
Dalam penerbitan RDPT itu, WTR bekerjasama dengan Danareksa Investment Management (DIM). "Nilai divestasi tiga tol WTTR itu Rp 5 triliun. Akan ditandatangani sore ini," kata Herwidiakto, Direktur Utama Waskita Toll Road pada Kontan.co.id, Selasa (10/4).
Ketiga ruas tol tersebut adalah Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, dan Pasuruan-Probolinggo. Waskita Toll Road akan mendivestasikan ketiga ruas ini ke perusahaan BUMN.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengungkapkan, investor yang berminat membeli tol RDPT Waskita Toll Road tersebut diantaranya Taspen, Jamkrindo, Jasa Raharja, Asabri, Dana Pensiun dan beberapa perusahaan lain.
WTTR merupakan bagian dari tujuh tol di Trans Jawa yang akan dijual Waskita Toll Road dengan target dana Rp 10 triliun. Di luas Waskita Tol Trans Jawa, empat ruas lain yang akan dijual adalah Pemalang-batang, Batang-Semarang, Solo -Ngawi, dan Batang-Semarang.
Waskita Toll Road lebih fokus melego tiga ruas tol dibawah Waskita Tol Trans Jawa tersebut karena perusahaan memiliki porsi mayoritas di ketiganya. Sementara di empat ruas lainnya, perusahaan hanya menggenggam porsi minoritas jalan tol tersebut, sementara pemegang mayoritasnya adalah PT Jasa Marga Tbk.
Di luar Trans Jawa, Waskita Toll Road juga berencana menjual tiga ruas tol lain yaitu Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, dan Kayu Agung-Palembang-Betung masih belum menunjukkan perkembangan.
Herwidiakto mengatakan, banyak investor yang mengkaji untuk mengambil alih tetapi perkembangannya belum signifikan.
Minat investor paling tinggi terutama di Tol Becakayu. Menurut Herwidiakto, ada banyak investor yang keluar masuk melakukan kajian untuk mengambil alih proyek itu baik perusahaan lokal maupun asing.
"Permasalahannya, belum seluruh ruas tol ini beroperasi, sehingga tidak mudah untuk menghitung LHR-nya. Investor-investor itu butuh kajian cukup lama. Kami persilahkan siapapun yang mau masuk, karena ini sifatnya one on one," jelas Herwidiakto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News