Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Serangan virus avian influenza (AI) alias flu burung (H5N1) semakin meluas. Setelah menjangkiti ratusan ribu unggas di wilayah Jawa, kini flu burung merangsek ke luar Jawa.
Hardiman, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Badan Litbang Pertanian, mengatakan, penyebaran virus flu burung pada itik sudah terjadi di sembilan provinsi di Indonesia, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Lampung, Riau, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.
Namun kasus kematian itik lokal itu banyak ditemukan di peternakan rakyat dan bukan di peternakan komersial. "Kami berupaya agar penyebaran ini tidak sampai ke Bali karena permintaan itik di sana cukup tinggi," kata Hardiman.
Meski sudah menyebar ke sembilan provinsi, pemerintah belum menetapkan status serangan flu burung pada itik ini sebagai wabah.
Hardiman memastikan, Balai Besar Penelitian Veteriner sudah menyelesaikan penelitian tentang virus flu burung yang menyerang itik belakangan ini. Hasilnya, virus flu burung itu berasal dari luar negeri.
Virus flu burung yang masuk dalam clade 2.3.2 ini bukan hasil mutasi dari clade 2.1 yang selama ini menyerang unggas lokal. "Tapi kami belum bisa memastikan apakah virus ini berasal dari migrasi burung liar atau dari importasi unggas baik legal maupun ilegal," ujar Indi Damayanti, peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner.
Yang jelas, virus flu burung yang masuk ke Indonesia ini memiliki kedekatan dengan spesifikasi flu burung yang berasal dari Vietnam dan di Guangzhou Republik Rakyat China. Meski clade 2.3.2 di Indonesia belum menular dari unggas ke manusia, semua pihak diminta waspada.
Berdasarkan perilaku virus flu burung clade 2.3.2 di beberapa negara seperti Vietnam, China, Hongkong, dan Bangladesh, ditemukan penularan dari unggas ke manusia. Di Vietnam dan Hongkong terjadi kasus kematian pada manusia akibat virus flu burung dengan clade 2.3.2.
"Kewaspadaan terhadap penularan ke manusia harus ditingkatkan karena H5N1 adalah virus zoonosis (infeksi yang bisa menular dari hewan ke
manusia atau sebaliknya)," ungkap Indi.
Hasil penelitian Balai Besar Veteriner menunjukkan, virus clade 2.3.2 tidak hanya menginfeksi itik, tapi juga merangsek ke lingkungan pasar tradisional. Dus, virus ini sudah menyebar ke sektor publik dan berisiko menjangkiti unggas lain dan manusia.
Menurut Indi, penanggulanan virus flu burung clade 2.3.2 sama seperti clade 2.1 yakni biosekuriti, vaksinasi, depopulasi, pengawasan lalu lintas unggas, surveilans, restrukrurisasi perunggasan, dan public awarness. Pemerintah juga menyiapkan vaksin untuk menangkal clade 2.3.2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News