Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk tidak hanya ingin fokus sebagai kontraktor. Perusahaan pelat merah ini juga terus melakukan diversifikasi bisnis termasuk menyasar investasi di sektor energi.
Tahun depan, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten WIKA ini menargetkan bisa menguasai minimal 300 Megawatt pembangkit listrik. Untuk merealisasikan itu, WIKA telah menganggarkan dana Rp 2,5 triliun untuk menyasar bisnis setrum yang diperoleh dari Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2016.
Tahun depan, WIKA akan mengincar kepemilikan 15% di Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa V berkapasitas 2 x 1.000 MW, sekitar 15%-20% di PLTU Manado berkapasitas 2x 50 MW dan mengincar beberapa pembangkit listrik di beberapa lokasi lain.
Tujuan utama WIKA ikut meramaikan bisnis setrum sebetulnya bukan murni berinvestasi untuk mendatangkan recurring income, namun untuk bisa leluasa dalam mendapatkan kontrak kontruksi proyek tersebut (Engineering, Procurement, Construction/EPC).
"Dengan masuk berinvestasi kita akan recurring income dalam jangka panjang tetapi jangka pendek juga dapat kontrak EPCnya " jelas Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA pada KONTAN, Kamis (8/12).
Dengan mendapatkan minimal 300 MW power plant tahun depan, maka perusahaan konstruksi ini akan memiliki total pembangkit listrik 500 MW. Sebab saat ini WIKA telah mengoperasikan 200 MW pembangkit listrik di lima lokasi.
Kelima power plant tersebut antara lain PLTU Ambon berkapasitas 25 MW, PLTG Bali 50 MW, PLTG Burang Palembang 60 MW, PLTG Rengat Riau 25 MW dan PLTG Rawa Minyak 40 MW.
Menurut Suradi, saat ini kontribusi pendapatan pembangkit listrik terhadap total revenue WIKA masih kecil yakni di bawah 5%. Namun dengan ekspansi yang terus mereka lakukan, perseroan berharap kontribusi pendapatan berulang mereka akan semakin besar ke depan.
Setelah menguasai 500 MW pembangkit listrik, WIKA akan spin off bisnis energinya dan mendirikan anak usaha baru tahun 2018. Sementara saat ini bisnis energi tersebut masih berada di bawah departemen investasi dan pengembangan usaha WIKA.
Sementara di bisnis EPC, WIKA menargetkan kontrak baru tahun depan sebesar Rp 3,8 triliun. Menurut Suradi, potensi untuk mendapatkan proyek EPC masih besar sejalan dengan program pemerintah membangun 35.000 MW pembangkit listrik.
Sementara tahun ini, WIKA hanya bisa mengantongi Rp 1,5 triliun kontrak baru EPC. Baru-baru ini, WIKA telah mendapatkan kontrak pekerjaan sipil proyek pembangunan Lumut Balai Geothermal FCRS & Power Plant dari PT Marubeni Corporation senilai Rp 439,3 miliar. WIKA akan menggarap proyek-proyek tersebut selama 17 bulan dan akan rampung pada Mei 2018.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP) Lumut Balai tersebut berlokasi di Desa Panindayan Muara Enim, Sumatera Selatan yang memiliki potensi panas bumi 300 MW
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News