Reporter: Ivana Wibisono | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - PT Yanaprima Hastapersada Tbk tengah menghitung potensi peningkatan produksi karung dan kantong. Kalkulasi mereka berangkat dari aturan pemerintah yang mewajibkan penjualan beras dalam kemasan berlabel.
Penerapan aturan tersebut bakal mendorong produsen beras berbelanja kemasan. "Ini akan memicu pembelian karung beras atau kantung kemasan jadi meningkat," ujar Rinawati, Direktur Keuangan PT Yanaprima Hastapersada Tbk, saat dihubungi KONTAN, Rabu (27/9).
Asal tahu saja, pemasangan label jenis beras tercantum pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 57/2017. Pasal 4 beleid tersebut menyebutkan, penjual beras dengan kemasan wajib mencantumkan informasi jenis beras dan informasi harga eceran tertinggi (HET).
Kebijakan itu berpeluang menjadi angin segar bagi kinerja Yanaprima. Maklum sepanjang semester I 2017, penjualan mereka turun 12,68% menjadi Rp 133,32 miliar kalau dibandingkan dengan semester I 2016.
Menelisik lebih jauh laporan keuangan Yanaprima, penjualan kantong semen dan bisnis lain-lain kompak menyusut. Penjualan kantong semen terpangkas 26,64%, dari semula Rp 54,05 miliar per semester I 2016 menjadi Rp 39,65 miliar per semester I 2017. Sementara bisnis lain-lain pada semester I 2017, menyusut hampir dua kali lipat menjadi Rp 7,33 miliar.
Padahal penjualan roll sheet dan sandwich sheet masih tumbuh. Kalau dihitung, pertumbuhan penjualan masing-masing sebesar 1,59% dan 1,56%.
Yanaprima menuding dua penyebab penjualan semester I 2017 turun. Pertama, ketersediaan kemasan dan kantong di pasar saat ini berlebih alias over supply. Akibatnya, persaingan harga antar produsen pun tak terelakkan.
Kedua, terdapat peralihan selera pasar dari semula kantong semen menjadi kemasan block bottom. Pemicunya adalah harga jual kemasan block bottom lebih murah ketimbang kantong semen.
Penurunan kinerja top line Yanaprima belum seberapa. Perusahaan berkode saham YPAS di Bursa Efek Indonesia itu mencetak rugi periode berjalan Rp 17,84 miliar. Rapor merah semester I 2017 tersebut naik berlipat ketimbang semester I 2016, yakni rugi sebesar Rp 285,24 juta.
Memperbesar ekspor
Kenaikan kerugian merupakan dampak realisasi produksi Yanaprima yang tak maksimal. Pada saat yang bersamaan mereka menanggung beban upah, bahan baku dan listrik yang meningkat. Harga bahan baku misalnya, awal tahun lalu tercatat Rp 12.500 per kilogram (kg). Kemudian pada akhir tahun lalu menjadi Rp 15.500 per kg.
Sementara Yanaprima tak bisa mengompensasi kenaikan beban dengan harga jual. "Hal ini menjadi suatu kesulitan bagi perseroan untuk membebankan kenaikan harga bahan baku tersebut terhadap harga jual karena persaingan harga pasar dari kompetitor lain yang cukup tinggi," terang Rinawati.
Namun Yanaprima tak patah arang. Demi memperbaiki kinerja, mereka berupaya mengail peluang bisnis lebih besar di pasar ekspor. Yanaprima menggandeng mitra bisnis asal Thailand dalam pengembangan inovasi produk. Targetnya adalah meningkatkan penjualan ekspor sebesar 15% pada tahun ini.
Yanaprima juga akan memperbaiki sistem kerja. "Secara internal, perseroan terus menjalankan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas secara ketat," ujar Rinawati.
Target penjualan bersih Yanaprima sepanjang tahun ini sebesar Rp 300 miliar. Tahun 2016 lalu, mereka membukukan penjualan bersih sekitar Rp 278,33 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News