Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kebijakan larangan ekspor mineral mentah atawa ore yang berlaku sejak 12 Januari silam mengganggu kinerja keuangan PT Cakra Mineral Tbk. Sampai September 2014, Cakra Mineral mencatat penurunan pendapatan 14,7% menjadi Rp 26,2 miliar.
Pendapatan yang tidak bergigi ini juga berbuah kerugian. Sampai September 2014, perseroan rugi Rp 9,3 miliar. Adapun periode yang sama tahun lalu, perseroan masih mencetak laba senilai Rp 950 juta.
Dexter Sjarif Putra, Direktur Cakra Mineral bilang, kinerja negatif ini terjadi karena kegiatan operasi tambang bijih besi terhenti sejak larangan ekspor ore berlaku. "Sekarang kami tunggu keputusan pemerintah sembari bangun smelter," kata Dexter kepada KONTAN, Kamis (30/10).
Seperti diketahui, Cakra Mineral punya tiga anak usaha yang memegang konsesi izin usaha pertambangan (IUP). Mereka adalah PT Persada Indo Tambang dengan komoditas tambang berupa bijih besi, serta PT Takaras Inti Lestari dan PT Murui Jaya Perdana yang memiliki komoditas tambang zirkonium.
Emiten berkode saham CKRA ini juga punya anak usaha Dunestone Development SA di bisnis perdagangan tambang, serta PT Baoli Ferronickel dan PT Cakra Smelter Indonesia yang masing-masing sedang menyiapkan proyek smelter.
Karena tambang bijih besi dihentikan, Cakra Mineral mengandalkan kinerja Takaras Inti dan Murui Jaya yang mereka akuisisi tengah tahun 2014 lalu, dengan kepemilikan saham masing-masing 55%.
Takaras Inti punya konsesi tambang 1.257 hektare, sedangkan Murui Jaya mengoperasikan areal seluas 1.136 ha. Kedua lokasi tambang zirkonium itu ada di Kalimantan Tengah. "Kedua perusahaan ini punya izin eksportir terdaftar (ET)," jelas Dexter.
Sampai dengan September 2014, produksi pasir zirkonium kedua anak usaha Cakra Mineral ini mencapai 2.000 ton, sebagian besar ekspor ke China. Sampai akhir Desember nanti, produksi zirkonium ditargetkan naik menjadi 1.500 ton-1.800 ton.
Cakra Mineral optimistis, pendapatan perusahaan tahun ini bisa mengejar pendapatan tahun lalu Rp 46 miliar. "Untuk pendapatan masih bisa tercapai karena kenaikan produksi zirkonium," kata dia.
Soal pengembangan smelter feronikel berkapasitas 36.000 ton per tahun yang dibangun PT Baoli Ferronickel, pihaknya masih memproses perizinan. Proyek yang melibatkan Zhejiang Baoli ini ditargetkan rampung semester pertama 2016 mendatang.
Perusahaan juga akan membangun smelter untuk pig iron dengan kapasitas 200.000 ton tahun 2015 dan selesai 2016. "Saya belum bisa disclose investasinya," ujar Dexter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News