kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis kosmetik semakin cantik


Jumat, 19 Mei 2017 / 11:55 WIB
Bisnis kosmetik semakin cantik


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Meski masih didominasi produk impor, industri kosmetik dalam negeri masih berpeluang terus bertumbuh. Nilai pasar produk kecantikan ini mencapai lebih dari Rp 100 triliun pada tahun lalu, bila merujuk data Kementerian Perindustrian.

Adapun industri kosmetik nasional hanya mampu memenuhi permintaan pasar sekitar Rp 25 triliun-Rp 30 triliun. Achmad Sigit Dwiwahjono, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, mengatakan, tingginya produk impor kosmetik menjadi tantangan dihadapi pelaku usaha kosmetik lokal.

Sejauh ini, peluang pasar bagi pemain lokal masih ada, termasuk menahan serbuan produk impor. Apalagi, konsumen dalam negeri cukup berminat menggunakan produk lokal. "Dari harga juga lebih murah," katanya kepada KONTAN, Rabu (17/5).

Sebab itu pemerintah optimistis dengan perkembangan sektor industri ini. Apalagi saat ini, produksi kosmetik dalam negeri digawangi oleh 23 industri besar dan 730 industri kecil menengah (IKM). Sigit bilang, industri kosmetik dalam negeri bisa tumbuh lagi dan meraup nilai perdagangan hingga Rp 50 triliun.

Kemenperin mencatat, pertumbuhan industri kimia rata-rata dalam lima tahun terakhir di kisaran 7%-8%. Sedangkan sampai kuartal I-2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri produk kimia mencapai 9,5%. Sigit berujar, nilai perdagangan domestik di triwulan pertama ini tumbuh sekitar 7%.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Nurhayati Subakat menjelaskan, pertumbuhan industri kosmetik sangat tergantung pada kondisi perusahaan masing-masing. Sehingga, tidak bisa digeneralisasi. "Biasanya, industri kosmetik mampu tumbuh hingga dua kali lipat dari angka pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Nurhayati yang juga Chief Executive Officer PT Paragon Technology and Innovation, produsen merek kosmetik Wardah.

Tahun ini, Paragon menargetkan pertumbuhan penjualan kosmetik sekitar 30%. Kini, Paragon mampu memproduksi 10 pieces per bulan di area pabrik seluas 15 hektare, dengan jumlah pekerja sebanyak 7.500 orang.

Pun dengan PT Mandom Indonesia Tbk yang mencatatkan peningkatan penjualan di kuartal pertama tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2017, emiten berkode TCID di Bursa Efek Indonesia meraih pendapatan Rp 731,3 miliar.

Jumlah tersebut meningkat sekitar 19,6% ketimbang periode sama tahun lalu yang senilai Rp 611,5 miliar. "Respon pasar cukup bangus terutama untuk produk perawatan rambut," kata Alia Dewi, Sekretaris Perusahaan PT Mandom Indonesia Tbk.

Penjualan perawatan rambut berkontribusi 43% dari total pendapatan. Nilainya tumbuh 23% dibandingkan kuartal sama tahun lalu, dari Rp 260 miliar menjadi Rp 320 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×