kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Danai kilang, Pertamina tawarkan project financing


Rabu, 14 Juni 2017 / 19:04 WIB
Danai kilang, Pertamina tawarkan project financing


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Pertamina (Persero) sedang mencari pendanaan agar proyek kilang bisa terus berjalan sesuai rencana. Pasalnya, saat ini, keuangan Pertamina cukup ketat karena harus membiayai beragam proyek mulai dari hulu hingga hilir.

Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman bilang, salah satu pendanaan yang ditempuh Pertamina adalah dengan melakukan project financing. Rasio untuk project financing berkisar antara 40:60 atau 30:70.

Pertamina sudah melakukan market sounding untuk proyek RDMP Balikpapan dan NGRR Tuban. "Karena kan Balikpapan kami lakukan sendiri ya, kami sudah agak cepat. Terus yang proyek Tuban, kami market sounding juga bersama mitra kami," kata Arief, Selasa (13/6).

Arief mengaku, dari market sounding tersebut sudah ada yang menunjukkan ketertarikan dan melakukan penawaran. Namun, belum bisa diputuskan karena proses teknis belum selesai. "Biasanya itu kalau setelah engineering-nya semua sudah jelas, sudah jadi, baru bisa di-close," ujarnya.

Sambil menunggu proses project financing selesai, Pertamina menggunakan dana internal atau pinjaman lainnya terlebih dahulu untuk biaya di awal proyek kilang. Di luar pendanaan internal, Pertamina sejatinya bisa mendapatkan pendanaan untuk proyek kilang dengan cara menerbitkan obligasi, meminta PMN, atau pinjaman pemerintah.

Namun, Pertamina mengaku tidak akan meminta PMN kepada pemerintah untuk proyek kilang. "Kami upayakan enggak minta PMN, itu yang pastilah. Kalau garansi, mungkin. Kalau minta PMN, beban kami sudah banyak," jelas Arief.

Sejatinya, pemerintah telah memberikan opsi kepada Pertamina agar pengerjaan proyek kilang bisa lebih cepat. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, berbagi opsi tengah dikaji agar Pertamina bisa lebih cepat dalam mengerjakan proyek kilang.

Salah satu opsi yang dikaji adalah menurunkan porsi saham Pertamina di sejumlah proyek kilang yang dikerjakan dengan investor asing. "Salah satu opsi yang sudah disampaikan kalau Pertamina keuangannya berat, porsinya diturunkan, mungkin, share-nya diturunkan," kata Wiratmaja.

Opsi penurunan saham Pertamina di proyek kilang bisa diberlakukan di semua proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR). "Pertamina optimumnya berapa, supaya mundurnya tidak terlalu jauh, kalau perlu tidak usah mundur. Pemerintah inginnya tidak usah mundur, cari jalan yang terbaik," imbuh Wiratmaja.

Seperti diketahui, Pertamina menargetkan RDMP Balikpapan stage 1 diselesaikan Juni 2020. Sebelumnya, Pertamina menargetkan RDMP Balikpapan stage 1 bisa selesai 2019. Sementara, untuk RDMP Balikpapan stage 2 bisa selesai pada 2021.

Untuk penyelesaian proyek RDMP Cilacap yang tadinya ditargetkan selesai pada 2021 terpaksa mundur menjadi tahun 2023. Selain itu, penyelesaian proyek NGRR Tuban juga diproyeksi mundur dari 2022 menjadi 2024.

Sementara,untuk proyek Dumai dan Bontang masih dalam tahap evaluasi. Pertamina belum menetapkan target untuk kedua proyek tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×